Ketut Jadiasa saat menerima peserta Pelatihan Pertanian Dengan Teknologi EM dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kakao Kalimantan Timur, belum lama ini.

Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA), sebuah lembaga Pelatihan Pertanian Organik khusus penerapan dengan teknologi Effektive Microorganisme 4 (EM4) secara rutin dikunjungi kalangan petani yang ingin belajar pertanian organik terpadu dengan teknologi EM4.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala IPSA Ketut Jadiasa, S.Sos saat menerima peserta pelatihan dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kakao Kalimantan Timur yang Belajar Pertanian Organik Ke IPSA Bali di Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng dengan pemateri Ir. I Gusti Ketut Riksa, belum lama ini.

Ketut Jadiasan menjelaskan, pelatihan di IPSA bukan saja diajarkan terkait pertanian, melainkan dari teknologi EM4 ini bisa diaplikasikan dalam bidang pertanian, peternakan dan perikanan. “Jadi kita ajarkan pada peserta pelatihan mengaplikasikan EM4 ini ke tiga departemen pertanian, peternakan dan perikanan, ujar pria enerjik tersebut.

Jadiasa menambahkan, pelatihan di IPSA menerapkan beberapa metode, ada pelatihan selama satu hari, pelatihan selama tiga hari dan pelatihan selama satu minggu. Untuk pelatihan yang satu hari lebih mengkhusus sesuai permintaan peserta bisa memilih pertanian, peternakan atau perikanan.

Sedangkan untuk pelatihan selama tiga hari atau satu minggu, peserta mendapatkan semua materi EM mencangkup pertanian, perikanan dan peternakan dan peserta pelatihan juga dapat mengunjungi sejumlah lokasi yang menerapkan teknologi EM4.

Dijelaskan pula, IPSA merupakan proyek percontohan teknologi EM4 yang ditunjang kebun percontohan tanaman herbal Pak Oles. “Kebun herbal Pak Oles mengoleksi sekitar 250 jenis tanaman rempah yang berkhasiat obat. Dimana dari awal budidaya hingga pasca panen menerapkan teknolgi EM4,” ujar Jadiasa.

Ia mengharapan kepada petani untuk terus menciptakan lingkungan yang tetap organik, karena lingkungan organik sangat menjanjikan ke masa depan. Meskipun dari segi proses lebih lambat dari konvensional namun untuk jangka panjangnya sangat baik.

“Harapan kita pada petani, mari back to nature (kembali ke alam) jadi pemanfaatan limbah yang ada sebenarnya apa yang ada di bumi ini saling membutuhkan disana kita ajarkan dengan teknologi ini, teknologi yang tepat guna tentunya teknologi EM4 yang ramah lingkungan,” jelasnya.

Saat menerima peserta pelatihan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kakao Kalimantan Timur di IPSA selama satu hari, lebih focus terkait penerapan EM4 dibidang pertanian.

Materi yang diberikan pertama yaitu membuat pupuk bokashi, dimana pupuk bokashi berfungsi untuk menambah kesuburan tanaman. Yang kedua diajarkan membuat Fermented Plant Extract (FPE) menciptakan lingkungan yang tidak disukai oleh hama.

Ketiga diajarkan juga membuat EM5, dimana EM5 itu hampir sama dengan FPE namun memiliki bahan baku yang berbeda dinama bahan baku tersebut diantaranya, EM4, molase, alkohol dan air cucian beras yang difermentasi dan berfungsi untuk menciptakan lingkungan tidak disukai hama/mengusir hama yang menyerang tanaman.

FPE sendiri bahannya terdiri dari tanaman-tanaman yang tidak disukai oleh hama yang difermentasi dengan EM4 selama satu minggu, setelah itu baru disemprotkan pada tanaman dengan komposisi 100:1000.

Disamping itu juga membuat pupuk bokashi dengan pemanfaatan limbah-limbah organik seperti kotoran ternak, sekam padi, jerami, serasah yang diloah dengan fermentor EM4 dimanfaatkan untuk memperbaiki unsur hara tanah sehingga tanah itu menjadi gembur dan akhirnya tanaman tersebut akan menjadi sehat.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini