Dosen Bantu Dirikan Rumah Kompos Atasi Polusi Udara

0
105
Tiga dosen Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) melakukan pengabdian Dirikan Rumah Kompos Atasi Polusi Udara di RW 2 Kelurahan Kalirungkut, Kompleks Perumahan Rungkut Harapan, Surabaya.

Tiga dosen Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) melakukan pengabdian masyarakat (pengmas) di RW 2 Kelurahan Kalirungkut, tepatnya di Kompleks Perumahan Rungkut Harapan, Surabaya untuk mengatasi polusi udara di kawasaan tersebut.

Pengabdian masyarakat dilakukan Dr. Ir. Dwi Haryanta, Dr. Ir. Fungki Sri Rejeki dan Dr. Ir. Endang Retno Wedowati terkait pendampingan pendirian Rumah Kompos Mandiri.

Ketua Tim Pengmas Fakultas Pertanian UWKS, Dwi Haryanta mengatakan, pengmas dilakukan untuk memberikan solusi permasalahan warga yang terganggu adanya asap pembakaran bekas perantingan pohon di komplek perumahan.

Solusi yang tepat untuk menghindari adanya gesekan dan polusi udara, tim pengmas UWKS memberikan pendampingan pendirian Rumah Kompos Mandiri yang dikelola oleh para pengurus PKK dan RW 2, Kelurahan Kalirungkut, Surabaya.

“Kami juga memberikan peralatan seperti mesin pencacah daun dan sampah menjadi bahan dasar kompos, selain itu kerangka besi, kantong pengomposan,” ujar dosen Fakultas Pertanian UWKS, Dwi Haryanta.

Dalam praktiknya, mereka didampingi saat melakukan pengomposan oleh tim Program Kemitraan Masyarakat UWKS, di antaranya Dwi Haryanta, Fungki Sri Rejeki dan Endang Retno Wedowati. Mulai dari melakukan perontokan,  pemisahan daun dengan dahannya, pengomposan massal hingga memanen kompos.

Sebelum melakukan pengomposan, warga menyiapkan bahan-bahan terlebih dulu, seperti larutan Effective Microorganisms 4 (EM4), gula, dan bahan limbah organik yang akan dikomposkan yaitu limbah perantingan atau bisa ditambah limbah rumah tangga.

Dijelaskannya, proses pengomposan limbah ranting dilakukan di area lapangan. Di mana warga meletakkan limbah ranting di bawah sinar matahari selama seminggu untuk merontokkan daun dari dahan.

Setelah itu limbah tersebut dimasukkan dalam wadah yang terbuat dari kerangka besi yang dilapisi dengan karung sak hingga berbentuk kotak. “Semua limbah perantingan yang sudah dijemur dimasukkan ke wadah dan setiap 20 cm diberi cairan larutan starter/EM4. Kemudian dipadatkan dengan menekannya menggunakan kayu dan terkahir ditutup dengan karung sak supaya dalam kondisi lembab,” ungkapnya seperti yang dilansir jatimnow.com.

Setelah masa inkubasi selama tiga bulan, kompos sudah siap dipanen dan dibagikan ke warga untuk melakukan urban farming tambulapot di rumah masing-masing. Pengmas bertema PKM Rumah Kompos Mandiri di RW 2 Kalirungkut, Surabaya itu berhasil memperoleh pembiayaan dari Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRTPM) Kemenristek Dikti sebesar Rp48 juta.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini