Direktur Utama PT Karya Pak Oles Tokcer, sebuah perusahaan swasta nasional berbasis obat-obatan tradisional yang merupakan terbesar di Bali, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr (Pak Oles) menerbitkan buku berjudul “Lengis Arak Nyuh” Ramuan Dadong Bandung sejak tahun 1900 Cikal Bakal Minyak Oles Bokashi.
Buku setebal 114 halaman, berukuran 11 kali 17 sentimeter, Editor, Layout & Desain Sampul Gede (Chus) Sustrawan, penerbit PT Visi Media Pak Oles Jl Letda Kajeng No.21 D Denpasar, cetakan I, November 2023.
Buku kecil yang ditulis Pak Oles, cucu Dadong Bandung ke 47 mudah dipahami pembaca, karena bahasanya sederhana, praktis bisa memberikan informasi, inspirasi dan motivasi bagi masyarakat luas.
Perjalanan Lengis Arak Nyuh yang diceritakan dalam buku secara kebetulan diterbitkan waktunya hampir bersamaan dengan UNESCO Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan menjadikan Budaya Sehat Jamu sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia “diinskripsi” ke Dalam Daftar WBTb UNESCO pada 6 Desember 2023.
Jamu adalah tanaman herbal tumbuh di bumi Indonesia yang wilayahnya sangat luas dan subur berkat curah hujan yang tinggi, dari Sabang Sampai Merauke sejak ribuan tahun silam.
Potensi besar dalam bidang jamu menjadi salah satu kekayaan warisan leluhur yang menggunakan khasiat obat yang terkandung di dalamnya sebagai bagian dari hidup untuk makan, minum, menambah stamina, kecantikan dan suplemen kesehatan secara berkesinambungan.
Alumnus Faculty Agriculture University of The Rtukyus Okinawa, Jepang (1987-1990) yang sukses mentraformasi Lengis Arak Nyuh (minyak herbal fermentasi) dengan metode pengasapan di atas tungku dapur yang diekstrak dengan penyulingan menggunakan kendi gerabah sebagai alat distilasi yang dilakukan oleh Dadong Bandung (nenek Pak Oles) semasa hidup beliau selama seratus tahun antara tahun 1880-1980.
Dr. Wididana menjelaskan, penelitian tentang Lengis Arak Nyuh yang dibuat Dadong Bandung selama enam tahun (1990-1996) untuk menemukan obat yang murah dan berkhasiat dengan menggunakan bahan herbal itu akhirnya menemukan formula Minyak Oles Bokashi, yang merupakan minyak fermentasi dari tanaman herbal.
Walaupun saat itu pemanfaatan jamu di dalam minyak masih sangat asing bagi masyarakat modern, namun Indonesia memiliki kekayaan budaya pada masyarakat generasi sebelumnya yang menggunakan berbagai minyak herbal untuk kesehatan, sebagai minyak urut, obat luka, obat sakit kulit, obat sakit perut, dan berbagai jenis penyakit lainnya tergantung dari ramuan rempah yang digunakan.
Budaya Sehat Jamu resmi menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dari Indonesia ke-13 yang diinskripsi ke dalam daftar WBTb UNESCO. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, menyampaikan kegembiraan dan rasa bangga atas diakuinya Budaya Sehat Jamu oleh UNESCO.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada UNESCO yang telah menetapkan jamu sebagai Warisan Budaya Takbenda. Penetapan ini akan memperkuat upaya Indonesia untuk melindungi dan mengembangkan jamu sebagai warisan budaya, serta berkontribusi terhadap kesehatan dan kesejahteraan global,” kata Mendikbudristek.
Indonesia sebelumnya telah berhasil mencatatkan 12 Warisan Budaya Takbenda Dunia UNESCO, yaitu Wayang (2008), Keris (2008), Batik (2009), Pendidikan dan Pelatihan Membatik (2009), Angklung (2010), Tari Saman (2011), Noken (2012), Tiga Genre Tari Bali (2015), Kapal Pinisi (2017), Tradisi Pencak Silat (2019), Pantun (2020), dan Gamelan (2021).
Warisan Jamu untuk Dunia
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, menjelaskan jamu adalah ramuan obat tradisional asli Indonesia yang dibuat dari bahan-bahan alami untuk pencegahan, pengobatan, pemulihan, dan pemeliharaan kesehatan dan kecantikan. Jamu merupakan salah satu warisan ilmu pengetahuan dari nenek moyang bangsa Indonesia yang sudah disebutkan dalam relief, primbon, prasasti, dan kitab-kitab lama Nusantara.
“Kita pernah mengalami momen ketika kehidupan seperti berada pada titik terendah ketika pandemi melanda. Tapi ternyata, produk kebudayaan bernama jamu ini menjadi salah satu resep yang menyembuhkan, menguatkan, dan menyatukan kita,” jelas Hilmar Farid.
Selanjutnya, tambah Hilmar, pelestarian jamu membutuhkan optimalisasi keterlibatan bersama dan masyarakat dalam pengelolaan kolektif yang partisipatif.
Selama ini jamu telah menjadi ensiklopedi ekologis, pengetahuan teknologi kesehatan, dan penanda peradaban, sekaligus sebagai lokal knowledge dan local wisdom dari budaya Nusantara yang sangat berharga.
Selain menjadi kekayaan budaya dan alam Indonesia, jamu juga memiliki nilai strategis dari sisi ekonomi. Produksi jamu melibatkan banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat, seperti petani yang menanam bahan baku jamu, pekerja yang memprosesnya, hingga tenaga penjualan dan pemasaran. Jamu juga menjadi penggerak ekonomi lokal dan beberapa produk jamu telah meraih popularitas di pasar global.linktr.ee/pakolescom