Direktur Utama PT Karya Pak Oles Tokcer, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr menilai, memiliki gagasan itu mudah, namun yang sulit adalah mengubah ide itu menjadi bisnis besar yang mampu menciptakan peluang dan menciptakan lapangan kerja.
“Hal itu membutuhkan waktu bertahun-tahun disertai dengan kerja keras, keuletan, kegigihan dan kebulatan tekad,” kata Dr. Wididana, alumnus program pascasarjana (S-2) Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang (1987-1990).
Ia menjelaskan, ide membuat produk herbal yang berkualitas bisa dimiliki oleh siapa saja dan mereka harus siap dengan komitmen mewujudkan menjadi kenyataan.
Upaya mewujudkan gagasan dengan gigih dan kerja keras, seperti pelatihan maraton, yang terus berlatih dan berlari, bertahan dan menikmati prosesnya, kata sosok pria enerjik kelahiran Desa Bengkel, Busungbiu, Buleleng, usaha yang dirintisnya tahun 1997, atau 27 tahun silam kini berkembang menjadi sebuah perusahaan swasta nasional berbasis obat-obatan tradisional yang merupakan terbesar di Bali, atau empat besar tingkat nasional.
Pak Oles adalah pakar dan pelopor pertanian organik di Indonesia mengembangkan kebun tanaman herbal yang mempunyai khasiat obat untuk mengatasi keluhan berbagai penyakit itu yang kini menjadi sumber bahan baku Minyak Oles Bokashi dan berbagai Produk Ramuan Pak Oles yang kini dimanfaatkan konsumen dan masyarakat lokal Bali, pasaran nasional dan berbagai negara di belahan dunia.
Ratusan jenis tanaman herbal yang tumbuh liar itu sekarang dibudidayakan dalam hamparan seluas tujuh hektar di Desa Bengkel, Buleleng yang ditata sedemikian rupa menjadi pusat pengembangan tanaman herbal terlengkap di Bali menjadi objek wisata yang unik dan menarik, belakangan ini silih berganti dikunjungi wisatawan mancanegara penumpang kapal pesiat yang merapat di Pelabuhan Celukan Bawang, daerah pesisir utara Pulau Bali.
Pengembangan tanaman herbal organik mempunyai peluang dan usaha bisnis, karena obat tradisional menjadi alternatif pilihan bagi kebanyakan masyarakat yang tidak mempunyai dampak negatif, sehingga menjadi idola bagi masyarakat Indonesia dan dunia.
Hal itu terbukti sebagian besar wisatawan mancanegara yang mengunjungi Kebun Herbal Pak Oles membeli Minyak Bokashi, Bokashi Care, Balsem Bokashi, Minyak Tetes Bokashi, Madu Geruh Bokashi, Madu Rocky, Madu Resi, Madu Jamur, Krim Saribing, Teh Bokashi, Kopi Bubuk organik dan produk Ramuan Pak Oles lainnya.
Lengis Arak Nyuh sebagai cikal bakal Minyak Bokashi dikembangkan oleh Dadong Bandung (nenek Pak Oles) dari Desa Bengkel pada tahun 1900, saat leluhurnya berumur 20 tahun, sudah berkeluarga dan memiliki anak.
Tugasnya sebagai ibu yang cukup berat membesarkan dan merawat anak ditengah terbatasnya pengetahuan kesehatan dan fasilitas kesehatan, mmbuat dirinya dipaksa oleh keadaan untuk belajar cara mengobati penyakit ringan seperti luka, koreng, sakit kulit, sakit perut, digigit serangga, sakit pinggang dan sariawan menggunakan lengis arak Nyuh hasil ramuannya.
Ramuan tersebut kemudian dikembangkan berdasarkan pengalamannya sendiri, dengan menggunakan bahan-bahan bambu dapur dan rempah untuk boreh (lulur), yang dikenal dengan sinrong (isinya rong, tempat bambu rempah) yang merupakan kombinasi dari aneka rempah dan kelapa yang disimpan di atas perapian dapur.
Setelah tiga bulan rempah sintrong dan minyak kelapa diasapi yang merupakan proses fermentasi melalui pengasapan tersebut, dilakukan distilasi, yaitu penyulingan sederhana dengan menggunakan ceret dari gerabah yang dipanasi dengan lampu dari minyak kelapa bersumbu kapas yang dililit. Tetesan minyak distilasi dialirkan dengan menggunakan pipa dari buluh bambu kecil, selanjutnya ditampung dalam mangkok dari tempurung kelapa.
Minyak tetesan distilasi sederhana tersebut diberi nama Lengis Arak Nyuh yang berarti minyak kelapa fermentasi rendah yang sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan keluarga di jaman dulu, saat Dadong Bandung dan keluarga besarnya, serta kerabatnya di Desa Bengkel merawat anak-anak dan keluarganya dengan cara tradisional, sebagai obat serba guna.