Staf Ahli PT Songgolangit Persada (SLP), Ir. I Gusti Ketut Riksa menilai, makanan yang dibutuhkan tubuh manusia untuk kesehatan, kebugaran dan umur panjang dari hasil penelitian, manusia dapat meniru pola makan simpanse yang merupakan kerabat dekat manusia, jika dilihat dari bentuk gigi. Kuku dan usus.
“Secara kuantitatif, komposisi makanan simpanse adalah 85 persen berasal dari tanaman, hanya 15 persen dari hewani, pastilah nol persen dari hasil industri,” kata Gusti Ketut Riksa yang juga Instruktur pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali.
Ia menjelaskan, simpanse satwa yang tergolong ke jenis kera besar yang berasal dari Afrika tengah memiliki panjang tubuh 80-100 sentimeter dengan berat badan 30-70 kg itu mengkonsumsi 156 jenis tanaman mulai dari akar/umbi, kulit kayu, batang, daun, bunga dan buah. Hewan darat pun yang dimakannya bukan daging merah, namun berupa serangga seperti rayap, capung, belalang, katilebo, lebah, laron dan lain-lain.
Simpanse mampu hidup hingga 125 tahun dan dalam kurun waktu itu dapat dikatakan tidak pernah sakit. Sekarang pun banyak orang yang memasak serangga karena makanan ini sangat sehat dan tidak mengandung kolesterol. Jika dirunut lebih jauh, vitalitas manusia dapat diperoleh dari tanaman seperti: enzim, vitamin, mineral, fitokimia, air dan lain-lain.
Vitamin dan Daya Hidup.
Gusti Ketut Riksa menambahkan, daya hidup tetap merupakan benda misterius dalam penelitian disebutkan bahwa daya hidup itu adalah “benda namun sekaligus bukan benda”. Pihaknya mengartikanya bahwa daya hidup itu sebagai benda metafisik. Di Cina disebut Ki dan orang Hindu menyebutnya “prana”.
Ki ini menyatu dengan enzim dan cara kerjanya pun dinyatakan menguatkan dan menghidupkan kerja enzim, karena daya hidup itu berada dalam enzim, ini berarti setiap mahluk hidup pastilah mengandung enzim dan daya hidup.
Enzim merupakan katalis setiap reaksi kimia dalam tubuh, jumlah enzim yang baru diketahui oleh manusia jumlahnya 3.000-5.000; antar enzim fungsinya tidak dapat saling menggantikan. Yang disebut prana atau Ki yang terdapat pada hewan, begitu disemblih daya hidupnya hilang, meskipun masih ada, pastilah sudah hancur karena di sate, di cincang dan di bakar/dimasak. namun sangat berbeda dengan tumbuh-tumbuhan, dimana daya hidupnya dapat bertahan lama.
Setiap tanaman memiliki daya hidup yang ketahanannya berbeda baik umur maupun intensitasnya. Gabah daya hidupnya bahkan dapat bertahan lehih dari satu tahun, bila dideder dan disiram dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Tanaman dapat menumbuhkan kuncup, dan stek tanaman dapat tumbuh kembali bila disimpan dalam tempat yang baik. Dari tanaman manusia mendapatkan tambahan daya hidup, ujar Gusti Ketut Riksa.https://linktr.ee/em4