Pakan fermentasi yang dibuat Koesnandar, warga Dusun Gardu, Desa Bendungan, Subang, Jawa Barat, menggunakan bahan utama berupa jerami dan kulit kacang kedelai yang memiliki kandungan gizi.
Jerami kering dipotong-potong hingga panjangnya tidak lebih dari lima cm, jerami lalu di tempatkan pada wadah besar (silo), lalu ditambah kulit kacang kedelai.
Selanjutnya bahan-bahan di aduk dan di semprot larutan Effective Microorganisms 4 (EM4) aktif. Setelah tercampur, seluruh bahan tersebut di fermentasi selama tujuh hari, pakan fermentasi selanjutnya bisa diberikan pada domba. Pakan jerami fermentasi dibuat Koesnandar untuk memenuhi ketersedian pakan berkualitas dan mengurangi resiko kelangkaan pakan hijauan.
“Saya tidak kawatir lagi jika musim kemarau dan terjadi kelangkaan pakan hijauan, pakan fermentasi memenuhi kebutuhan ternak, ” ujarnya. Melalui teknologi EM, Jerami dan kulit kacang kedelai diolah jadi pakan berkualitas, kebutuhan hewan ternak berkak EM4 tercukupi dari nutisi, serat dan vitamin.
Pakan fermentasi juga dapat menjaga sistem pencernaan sehat, sehingga makanan dapat dicerna dan diserap maksimal oleh ternak. Pakan fermentasi tahan lama tanpa mengurangi nutrisi dan hara pada pakan. Pakan ini bisa tahan hingga satu tahun. Pakan fermentasi berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ternak, domba terlihat sehat, gemuk, dan tidak mudah stres.
Domba atau Gibas berekor tipis dipilih Koesnandar untuk dibudidayakan, karena domba jenis ini memiliki kelebihan yaitu, pertumbuhan dan perkembangan cepat, tahan penyakit, produktivitas tinggi dan memiliki komposisi daging besar yang bisa dijual sebagai pedaging atau potong.
Ternak domba jenis ini tidak terlalu sulit, hanya ketersedian pakan berkualitas tercukupi. Kebutuhan pakan ini dapat terpenuhi oleh pakan fermentasi, kandungan protein pakan fermentasi lebih baik dari pada konsentrat produksi sebuah pabrikan. Kebutuhan ternak pun tercukupi.
Pakan fermentasi juga cukup ekonomis dari segi biaya sehingga biaya produksi dapat ditekan, jika sebelumnya menggunakan ramban atau daun-daunan segar biasanya dikeluarkan biaya sekitar Rp.7.500, untuk setiap bongkoknya per sekali makan.
Dengan pakan fermentasi biayanya dapat ditekan hanya Rp. 2.000 per sekali makan. “Selisih biaya produksi ini bisa dikembangkan lagi untuk beli ternak,” terang Koesnandar.
Pria bersahaja ini mengembangkan ternak domba dari nol, berawal dari modal tiga ekor domba, dan terus berkembang, tidak sampai sembilan tahun hewan ternaknya berkembang menjadi hampir seratus ekor.
Domba dipelihara dan ditempatkan pada enam kandang besar. Pakan fermentasi diberikan tiap hari pada siang atau sore hari, setelah itu domba diberi pakan hijauan atau rumput.
Pakan fermentasi yang diberikan dapat mempercepat petumbuhan ternak, domba terlihat gemuk secara alami dan sudah bisa di jual pada umur sekitar 7 hingga 8 bulan, Harga dari kandangnya di potok Rp.1,6 juta perekor, nilai jual tersebut tentunya jauh sekali jika dibandingkan dengan kambing biasa. Domba memiliki tubuh kekar dan berisi menunjukan ternak berkualitas.https://linktr.ee/em4