Bahan pangan organik, termasuk daging dan ikan yang mulai dijual di supermarket memiliki kualitas dan kandungan vitamin-mineral lebih tinggi untuk membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh manusia. Salah satu tren gaya hidup sehat yang mulai marak beberapa tahun belakangan ini adalah mengkonsumsi makanan serba organik. Makanan organik dan minuman herbal berkhasiat obat dinilai sehat, karena bahan pangan ini proses pemeliharannya tidak memerlukan sentuhan pestisida, pupuk kimia atau suntik hormon pada hewan ternak.
“Bahan pangan yang dirawat dan dipelihara secara organik jauh lebih kebal terhadap serangan hama penyakit dibandingkan tanaman yang dikelola secara kimiawi. Tanaman konvensional kondisinya sukulen dan berair, disenangi dan gampang diserang hama penyakit,” tutur Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa.
Ia yang juga Instruktur Effective Microorganisms pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali di Desa Bengkel, Kabupaten Buleleng, Bali yang memberi pelatihan pertanian organik yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Sosok pria enerjik, mantan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bangli, Bali yang telah berusia 80 tahun itu masih sanggup melakoni usaha pertanian organik di pekarangan rumahnya di Denpasar untuk menghasilkan bahan pangan organik kebutuhan keluarga.
Menurut Gusti Ketut Riksa, tanaman yang dapat bertahan hidup itu bukan karena tingkat kekebalannya, namun karena hama penyakitnya sudah disemproti racun. Tanpa semprotan racun tanaman itu gampang binasa bahkan racun mudah diserap tanaman. Tanaman menjadi beracun, hama yang memakannya mati dan tidak layak dikonsumsi manusia, karena mengandung racun. Dengan teknologi kimia kesuburan tanah menurun, menyusul turunnya nilai gizi tanaman yang tumbuh di atasnya, sehingga kekebalan tanaman rentan terhadap hama penyakit.
Jika tanaman tersebut menjadi bahan makanan bagi manusia maupun hewan, cepat atau lambat kekebalan konsumen turut menurun. Hal itu berbeda dengan produk organik yang mampu menciptakan kekebalan, karena dalam tubuh tanaman ramah lingkungan mengandung polyfenol, antara lain disebut fenolat yang mampu memberikan kekebalan. Dengan demikian tanaman organik yang dikembangkan berbasis teknologi Effective Microorganisms (EM) sejatinya jauh lebih unggul dan handal dari pada tanaman yang dikelola dengan teknologi kimia.
Bahan Pangan Dipajangkan Supermarket
Gusti Ketut Riksa menilai, masyarakat modern terutama yang tinggal di perkotaan lebih senang belanja ke supermarket daripada ke pasar tradisional. Bahkan bahan pangan yang dipajangkan di pasar modern sebagian besar siap saji, bahkan produk impor dari luar negeri.
Sejak panen sampai bisa dipajangkan di etalase supermarket membutuhkan waktu yang lama, meskipun penampilan tetap tampak sehat- segar.
Oleh sebab itu sayur dan buah-buahan itu patut dicurigai menggunakan bahan pengawet dan pewarna dari bahan kimia yang dapat membahayakan bagi kesehatan dan tubuh manusia yang mengkonsumsinya. Oleh sebab itu, Ia menyarankan masyarakat umum lebih baik berbelanja bahan pangan ke pasar-pasar tradisional, karena buah-buahan dan sayur mayur yang dijual adalah produk lokal yang baru dipetik sehari sebelumnya. Produksi lokal dengan varietas unggul sangat sesuai untuk dikonsumsi, karena bahan pangan itu tidak akan menimbulkan alergi, krena tidak ada asupan zat asing yang masuk ke dalam tubuh, harap Gusti Ketut Riksa.
Sementara pelopor, pakar pertanian Organik Indonesia sekaligus Direktur Utama PT Songgo Langit Persada (SLP), Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr menegaskan, teknologi Effective Microorganisme (EM) hasil temuan Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar University of The Ryukyus Okinawa, Jepang menjadi kunci sukses dalam mengembangkan pertanian organik. “Teknologi EM mampu menyuburkan tanah dengan mikroorganisme yang mrnguntungkan, sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan, tanah, air dan udara.
Sosok pria enerjik kelahiran Desa Bengkel, Busungbiu,Buleleng dan alumnus Program S-2 Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa Jepang ( 1987-1990), yang langsung mendapat rekomendasi dari gurunya Prof. Dr. Teruo Higa, membawa teknologi ramah lingkungam itu ke Indonesia (tahun 1990) sekaligus memperkenalkan dan merintis pertanian organik.
Ia sebagai agen tunggal di Indonesia untuk memproduksi dan memasarkan EM4 pertanian, EM4 peternakan, EM4 perikanan dan EM4 limbah-toilet ke seluruh provinsi di Indonesia yang mendapat disensi dari Effective Microorganisms Research Organization (EMRO) Jepang.
Teknologi EM dapat mempercepat proses penyediaan unsur hara dari bahan organik menjadi unsur yang siap diserap tanaman, sehingga tanaman tumbuh subur. Selain itu mampu menggemburkan tanah, hemat air dan menyuburkan tanah secara organik.
Pak Oles yang kini telah menikmati hasil pertanian organik dari pengembangan 315 jenis tanaman obat sebagai bahan baku memproduksi Minyak Oles Bokashi (MOB), Minyak Tetes Bokashi dan belasan jenis produksi lainnya yang pemasarannya secara meluas di tingkat lokal Bali, nasional dan pasaran mancanegara.Dengan teknologi EM juga dapat menghemat biaya pengolahan tanah, karena tanah yang gembur mengandung bahan organik tinggi, serta menyelesaikan masalah sampah organik menjadi pupuk organik.
EM Indonesia Semakin Maju
Effective Microorganisme (EM) yang pertama kali ditemukan Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar Hortikultura University of The Ryukyus Okinawa, Jepang tahun 1980 berkembang di 130 negara di belahan dunia, khusus di Indonesia semakin maju menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat. EM adalah teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan, awalnya diadopsi dari Jepang ke Indonesia oleh sosok Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr.
Setelah pabrik EM pertama didirikan di Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat dan berproduksi dengan baik dan lancar. Kegiatan pengembangan teknologi ramah lingkungan diawali dengan pengenalan teknologi dan formula EM, membuat leaflet, menyebarkan brosur, membuat proyek percontohan (denplot), mengadakan diskusi melibatkan berbagai kalangan, menberikan pelatihan dan penyuluhan kepada para petani dan masyarakat luas.
Pabrik EM yang awalnya hanya satu unit didirikan di Bojong Gede, Jawa Barat kini berkembang menjadi empat unit pabrik yang terdiri atas dua unit di Jawa dan dua unit lagi di Bali, seluruhnya sudah mengalami perluasan untuk meningkatkan kafasitas produduksi mengantisipasi peluang bisnis pupuk organik yang semakin berpeluang dan memberikan harapan baru untuk menghasilkan bahan pangan yang aman dalam memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat.https://linktr.ee/em4