Orang tua jaman dulu umumnya berumur panjang, sehat dan bugar, meskipun bekerja seharian penuh di sawah, kebun, memelihara ternak dan melakukan aktivitas keseharian lainnya.
Mereka umumnya mengkonsumsi makanan organik yang dipanen dari sayur-mayur maupun ikan peliharaan di lahan sawah garapannya. Petani menjalani aktivitas rutin keseharian dengan senang dan penuh semangat.
Walaupun kadang kala mereka sakit atau badannya kurang enak tidak pernah mendapat sentuhan dokter atau tenaga kesehatan yang memberikannya obat atau pil, namun cukup meracik tanaman herbat berkhasiat obat yang tumbuh di pekarangan untuk minum maupun lulur (boreh) bagi tubuhnya.
“Obat tradisional yang dikenal masyarakat untuk mengatasi keluhan penyakit yang dialami itu diwarisi secara turun temurun oleh masyarakat di berbagai daerah di Indonesia sejak jaman kerajaan,” seperti yang pernah dituturkan Direktur Utama PT Karya Pak Oles Tokcer, sebuah perusahaan swasta nasional berbasis obat-obatan tradisional terbesar di Bali, Dr. Ir. Gede Gede Ngurah Wididana, M.Agr.
Ia mengatakan, tanaman obat dikenal dengan istilah herbal, secara khusus berarti tanaman berkhasiat obat. Secara botani (ilmu tanaman), herbal berarti perdu, tanaman yang umurnya pendek, kurang dari setahun, tidak berkayu, tidak tinggi, setelah berbunga atau berbuah, dia mati, dan bijinya, batangnya, tunasnya bisa tumbuh lagi di musim hujan atau musim semi berikutnya.
Istilah tanaman obat di Indonesia dikenal dengan tanaman jamu, lebih khusus lagi disebut empon-empon, atau akar rimpang dari tanaman jamu, seperti jahe, kunyit, kencur, dan sebagainya.
Arti jamu lebih luas dari pada herbal. Hanya dengan satu kata, “jamu”, orang Indonesia sudah mengerti artinya, yaitu tanaman atau gabungan tanaman yang digunakan sebagai obat, untuk pengobatan tradisional.
Secara perlahan jamu dikenal secara internasional, seiring dengan kekuatan informasi dan penggunaan jamu di Indonesia. Tapi untuk tahap awal, sebagai pengenalan, jamu boleh disamakan dengan herbal, agar lebih mudah dimengerti oleh orang asing.
Di Bali jamu dikenal dengan loloh (jus segar, dari bahan jamu yang dilarutkan air untuk diminum), boreh (dibalurkan), lengis apun (ramuan minyak herbal untuk gosok), tamba (gabungan bahan jamu dan jampi/mantra). Jadi inti pengobatan dengan jamu adalah tanaman obat dan jampi/niat untuk sembuh.
Ketertarikan saya akan jamu berawal dari wawancara dengan orang-orang tua di Desa Bengkel tentang bahan Lengis Arak Nyuh, dan kebiasaan mereka minum loloh dari bahan tanaman yang dilumatkan dengan diremas, ditumbuk, atau diblender, dicampur air dan disaring, kemudian diminum, untuk penyembuhan penyakit, tutur Pak Oles.linktr.ee/pakolescom