Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali dibangun di Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng, tahun 1997 atau 26 tahun yang silam mempunyai visi membangun Desa membangun Bangsa melalui melatih dan mendidik petani dan generasi muda dari berbagai daerah di Indonesia dalam bidang pertanian organik.
“Dalam desa yang kuat agar mampu menjaga, memelihara lingkungan dengan baik, memiliki sumber daya manusia (SDM) berpendidikan, berkualitas untuk memajukan desa dan memasok SDM di kota dalam memajukan kehidupan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan,” kata Direktur Utama PT Songgolangit Persada, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr yang menggagas dan membangun IPSA Bali tersebut.
Alumnus Program Pasca Sarjana (S-2) Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang (1987-1990), sekaligus agen tunggul
Untuk memproduksi dan memasarkan Effective Microorganisms 4 (EM4) keseluruh daerah di Indonesia yang mendapat lisensi dari EMRO Jepang.
Pelopor dan pakar pertanian organik di Indonesia itu membangun Villa IPSA tahun 1997 sebagai tempat pemondokan para peserta pelatihan pertanian organik berbasis EM yang datang dari berbagai daerah di Nusantara.
Pada awalnya bangunan Villa IPSA dalam bentuk “gelebeg” yang dimodifikasi menjadi kamar di ruang atas dan bale diskusi di ruang bawah, sebagai tempat menerima tamu dan menginap.
Sebagian “gelebeg” masih bisa diselamatkan untuk bale bengong besar, dan sebagian lainnya sudah lapuk dimakan rayap. Sedangkan Villa IPSA mengalami perubahan melalui pembangunan dan perbaikan yang kini permanen dan kokoh dilengkapi dengan fasilitas kolam renang.
Villa IPSA selain untuk peserta latihan pertanian organik, juga bisa dimanfaatkan wisatawan dalam dan luar negeri serangkaian menikmati kunjungan wisata di Pulau Dewata, atau mengikuti kegiatan yoga yang secara khusus digelar di Villa yang berjarak sekitar 90 km barat laut Kota Denpasar.
Regenerasi bangunan atau infrastruktur dilakukan dengan perbaikan dan peremajaan bangunan. Regenerasi organisasi dilakukan dengan perbaikan manajemen dan leadership.
Regenerasi manusia dilakukan dengan belajar dan melahirkan, mencetak generasi dan pemimpin baru. Tanpa regenerasi, bumi dengan segala isinya berhenti tumbuh, berhenti berkembang. Organisasi juga bisa mati, bisa selesai. Villa IPSA masih bisa hidup berkat regenerasi.
Ciptakan Banyak Peluang
Villa IPSA yang tetap eksis dan terus beregenerasi menciptakan banyak peluang dan kesempatan, karena kehadiran Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) mulai digarap pemerinah dan masyarakat setempat.
Peluang tersebut masyarakat memperoleh keuntungan yang berlipat ganda dari pengembangan pertanian organik, membangun bidang kesehatan dan mendukung pengembangan sektor pariwisata di Pulau Dewata.
Pengembangan pusat pendidikn berbasis pertanian organik dengan teknologi Effective Microorganisms (EM) yang ditemukan Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar bidang hortikultura Universitas Ryukyus Okinawa, Jepang hingga kini telah melibatkan sekitar 6.000 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Mereka terdiri atas kalangan generasi muda yang tertarik dengan pertanian organik, utusan dari berbagai instansi pemerintah, BUMN, perusahaan swasta yang segera menjalani masa purna bhakti, petani dan dari berbagai latar belakang lainnya yang mencintai pertanian ramah lingkungan.
Dari kehadiran IPSA Bali yang telah dikenal masyarakat luas di Nusantara maupun mancanegara mampu menciptakan bayak peluang yang kini telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat maupun pemeintah.
Lokasi tersebut sebelumnya merupakan tanah pertanian yang tidak terurus milik orang tua Gede Ngurah Wididana yang akrab disapa Pak Oles. Setelah Pak Oles menyelesaikan pendidikan di Jepang dan berhenti sebagai dosen Universitas Nasional Jakarta (1990-1995) kembali ke kampung tempat kelahirannya dengan misi Membangun Desa Membangun Bangsa.
Tanah yang terlantar itu dibangun sebagai tempat pelatihan pertanian organik, awalnya dengan bangunan gedung yang sangat sederhana. Di sekitarnya ditanami ratusan jenis tanaman herbal yang berkhasiat obat-obatan sebagai bahan baku Minyak Oles Bokashi dan puluhan jenis produk Ramuan Pak Oles.
Di sekitar lokasi tersebut kini berdiri megah dua buah pabrik yakni PT Karya Pak Oles Tokcer yang berbasis obat-obatan tradisional yang merupakan terbesar di Bali dan PT Songgolangit Persada yang memproduksi Pupuk Hayati EM4 untuk pertanian, peternakan, perikanan dan mengatasi limbah, satu-satunya yang mendapat lisensi dari EM Research Organization (EMRO) Jepang.https://linktr.ee/em4