Minyak Oles Bokashi, produk unggulan dari Industri Obat Tradisional PT Karya Pak Oles Tokcer memiliki banyak manfaat untuk menjaga kesehatan.

Gede Ngurah Wididana, sosok pria enerjik kelahiran Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng setelah menyelesaikan pendidikan S-1 Fakultas Pertanian Universitas Udayana langsung melanjutkan Program Studi pascasarjana (S-2) di Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang selama tiga tahun, 1987-1990.

Berkat sentuhan pendidikan di dalam dan luar negeri menjadikan sosok pria berpenampilan bersahaja dan selalu akrab dengan lawan bicara itu memiliki kecerdasan nalar yang diimbangi dengan kerja keras, disiplin, dedikasi tinggi serta modal dana dan lahan pertanian untuk mengembangkan ratusan jenis tanaman herbal berkhasiat obat di atas hamparan lahan seluas tujuh hektar.

“Hal itu sebelumnya telah diawali dengan melakukan penelitian obat tradisional berdasarkan informasi pengetahuan pengobatan tradisional dari lontar usada Bali dari Gedong Kertiya, di Singaraja, dan Pusat Dokumentasi Budaya Bali di Denpasar selama lima tahun (1992-1997),” tutur Direktur Utama PT Karya Pak Oles Tokcer, sebuah perusahaan swasta Nasional yang berbasis obat-obatan tradisional yang merupakan terbesar di Bali, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr.

Demikian pula di tempat kelahirannya, Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, daerah pesisir utara Pulau Bali melakukan penelitian tentang metode pengobatan yang telah dilakukan oleh Dadong Bandung (nenek Pak Oles) semasa hidup beliau hidup selama 100 tahun antara tahun 1880-1980.

Metode pengobatan yang dilakukan Dadong Bandung menggunakan minyak rempah yang difermentasi secara alami, yang dikenal dengan lengis arak nyuh (minyak herbal fermentasi) dengan metode pengasapan di atas tungku dapur, dan diekstrak dengan penyulingan menggunakan kendi gerabah sebagai alat distilasi.

Dadong Bandung sudah “Pergi untuk selama-lamanya” ( meninggal) pada 1980 saat umurnya mencapai 100 tahun, dan Pak Oles merasa kehilangan jejak informasi data pengobatan langsung dari sumbernya.

Krisis moneter (krismon) melanda Indonesia tahun 1998, sempat membuat perekonomian Nusantara sempoyongan, sehingga harga–harga produk makanan dan obat, sebagai produk kebutuhan utama masyarakat Indonesia menjadi sangat mahal dan berlipat.
Di tengah krisis ekonomi yang mengguncang itu, putra sulung dari lima berkeluarga pasangan suami-istri Ketut Sudana (94 tahun)–Luh Sriwati (93 tahun) yang hingga kini sehat walafiat sibuk dengan penelitiannya.

Dr. Wididana menjelaskan, penelitian yang dilakukan untuk menemukan obat yang murah dan berkhasiat dengan menggunakan bahan herbal, itu akhirnya menemukan formula Minyak Oles Bokashi, yang merupakan minyak fermentasi dari tanaman herbal.

Walaupun saat itu pemanfaatan jamu di dalam minyak masih sangat asing bagi masyarakat modern, namun Indonesia memiliki kekayaan budaya pada masyarakat generasi sebelumnya yang menggunakan berbagai minyak herbal untuk kesehatan, sebagai minyak urut, obat luka, obat sakit kulit, obat sakit perut, dan berbagai jenis penyakit lainnya tergantung dari ramuan rempah yang digunakan.

Dengan demikian secara perlahan-lahan masyarakat modern di Indonesia kembali mengingat dan memanfaatkan kekayaan budaya guna memanfaatkan minyak herbal bagi penyembuhan penyakit yang diderita.

Nenek Pak Oles, Dadong Bandung di Desa Bengkel mengembangkan minyak fermentasi dari berbagai jenis herbal yang dikenal dengan sebutan Lengis Arak Nyuh. Minyak tersebut sangat terkenal untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit kulit, luka, bisul, digigit serangga, batuk dan sakit perut.

Menjadi Legenda

Dr. Wididana menjelaskan Minyak Lengis Arak Nyuh sempat menjadi legenda di Desa Bengkel sejak tahun 1980, setelah Dadong Bandung meninggal. Sejak saat itu belum ada orang yang bisa dan mau membuatnya, disamping karena ketertarikan yang sangat kurang dan informasi pembuatan yang minim di dalam masyarakat. 

Tujuh belas tahun setelah Dadong Bandung meninggal, produk Lengis Arak Nyuh di Desa Bengkel hanya tinggal nama yang dikenang, dan cerita tentang kehebatan penyembuhan Lengis Arak Nyuh tetap terpelihara dari mulut ke mulut, yang membuktikan bahwa Lengis Arak Nyuh itu memang pernah ada di desa yang kini berdiri megah pabrik Minyak Oles Bokashi yang sebelumnya telah bertransformasi dengan Lengis Arak Nyuh.

“Hanya berbekal rasa ingin tahu, akan Lengis Arak Nyuh, selama dua tahun, 1995-1997 saya melakukan penelitian tentang cara membuat minyak herbal, dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber,” tutur Pak Oles.

Hal itu dilakukan dengan menanyakan kepada saudara-saudara Dadong Bandung yang masih hidup. Hal yang sama juga ditanyakan kepada anak-anak, keponakan dan kerabat nenek yang mengetahui informasi teknik pembuatan dan khasiat tentang Lengis Arak Nyuh, terutama kepada bapak dan ibu yang sangat banyak berinteraksi dengan Dadong Bandung.

Meskipun informasi yang diperoleh Pak Oles sepotong-potong dan tidak beraturan, namun berkat kegigihan, ketekunan dan semangat yang membara akhirnya mampu membentuk kembali informasi yang utuh tentang Lengis Arak Nyuh tersebut. Upaya itu didukung dengan usaha menggali informasi tanaman herbal dan metode pembuatan minyak herbal dari lontar- lontar usada Bali, serta buku-buku yang berhubungan dengan herbal dari Indonesia (jamu), Cina (traditional Chinese Medicine), dan India (ayurveda).

Mendirikan PT. Karya Pak Oles Tokcer

Pak Oles mengaku dengan berbekal informasi tentang herbal akhirnya menemukan suatu formula Minyak Bokashi yang dibuat dari ramuan herbal yang difermentasi dengan Teknologi Effective Microorganisms (EM) yang dipelajarinya saat studi di Jepang, sehingga ramuan herbal tersebut bisa diekstrak dengan kualitas tinggi, stabil dan berkhasiat.

Pihaknya menguji khasiat penyembuhan Minyak Bokashi pada berbagai jenis penyakit seperti pada khasiat yang diinformasikan dalam Lengis Arak Nyuh, dan khasiat penyembuhan serupa.  Akhirnya mendapatkan kesimpulan, bahwa usaha yang dilakukan membuahkan hasil merekonstruksi (membangun kembali) budaya pengobatan dengan Lengis Arak Nyuh yang hilang selama tujuh belas tahun, sejak 1980-1997.

Pada tahun 1997 resmi berdiri PT. Karya Pak Oles Tokcer sebagai lembaga bisnis yang bergerak dalam bidang industri obat tradisional (jamu), dan Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA), sebagai lembaga yang bergerak daam bidang penelitian dan pengembangan pertanian organik dan tanaman obat.

Sementara Krisis moneter berlangsung terus sampai tahun 2002, selanjutnya kelesuan ekonomi diperparah lagi dengan meletusnya bom Bali satu di Kuta pada 2002, dan bom Bali 2 di Jimbaran pada 1 Oktober 2005, yang selanjutnya diikuti oleh ledakan bom-bom lainnya oleh teroris di berbagai daerah di Indonesia, sehingga menyebabkan semakin beratnya ekonomi Indonesia bangkit dari keterpurukan.

Harga-harga obat untuk kesehatan manusia menjadi semakin mahal, ditambah lagi semakin banyak orang yang sakit kulit di kalangan masyarakat bawah dan menengah muncul  karena setres dan alergi.  Di tengah kelesuan ekonomi tersebut, di tengah mahalnya harga obat-obat di apotek dan toko obat, Pak Oles membagikan sampel Minyak Bokashi dari desa ke desa, kepada masyarakat luas, sambil mencatat testimoni penyembuhannya.

Sepuluh tahun pertama (1997-2007) adalah masa-masa rawan di dalam memulai bisnis, yang merupakan bibit gagasan (ide) bisnis yang baru berkecambah, bertunas dan tumbuh trubus, jika tidak dirawat dengan baik, dengan berpikir fokus, semangat dan idealism tinggi, maka bisnis tersebut bisa layu, seperti tanaman yang busuk, rebah kecambah, mati ranting, busuk batang atau busuk akar.

Beruntunglah Pak Oles dengan tim kerjanya yang sangat solid, dalam bidang produksi, pemasaran, keuangan, informasi dan Sumber Daya Manusia, mampu melewati masa sepuluh tahun pertama yang penuh tantangan.  Justru pada tahun-tahun itulah kreativitas dan inovasi untuk mencipta produk-produk herbal baru dengan berbagai variannya bisa diluncurkan, karena peraturan pemerintah agak longgar, biaya bisnis (produksi, pemasaran, perijinan, transportasi, komunikasi, tenaga kerja) yang lebih murah.

Masa sepuluh tahun kedua (2007-2017) juga Pak Oles berhasil lewati dengan kegembiraan, meskipun tantangan terasa lebih berat dan menegangkan, karena biaya-biaya bisnis yang lebih mahal, kompetisi, dan peraturan pemerintah yang semakin ketat.
Di tengah semakin ketatnya persaingan  dan biaya bisnis, Pak Oles justru mampu menanam investasi usaha yang lebih besar lagi, yaitu mendirikan pabrik yang memenuhi standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOTB), yang merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk bisa bersaing dalam pasar nasional dan internasional, mendirikan berbagai cabang usaha di Bali yang mendukung usaha inti industri jamu, yaitu dalam bidang informasi (radio, media sosial, website, instagram, diklat pertanian organik, dan restoran.

Untuk mendukung pemasaran produk Ramuan Pak Oles di Indonesia, juga membuka kantor cabang di Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogjakarta, Semarang, Jember, NTB, dan Makasar.  Pemasaran bekerja sama dengan modern market (toko obat, toko grosir dan mart) dan tradisional market (direct selling menggunakan salse promosi, penjualan di pasar-pasar tradisional dan toko-toko kecil di desa) juga dilakukan dengan serius. 

Pemasaran on line juga lebih diintensifkan untuk melayani konsumen perorangan di berbagai tempat di nusantara, bahkan di berbagai kota di dunia. Minyak Bokashi kini telah dikenal dan dimanfaatkan masyarakat luas di Bali, pasaran nasional dan berbagai negara di belahan dunia.

Perjalanan panjang yang terinspirasi dari Lengis Arak Nyuh karya Dadong Bandung yang berteranformasi menjadi Minyak Oles Bokashi yang telah dikenal dan dimanfaat secara meluas di pasran lokal Bali, seluruh daerah di Indonesia bahkan mendunia di berbagai negara di belahan dunia telah dimanfaatkan oleh empat generasi secara turun temurun sejak tahun 1997.

Kepala Pemasaran Produk Ramuan Pak Oles Cabang Bali, Made Subagia mengungkapkan, respon masyarkat luar biasa terhadap Minyak Bokashi dan Produk Ramuan Pak Oles lainnya yang telah dirasakan manfaatnya oleh empat generasi secara berkesinambungan.

Minyak Bokashi yang diproses dengan sentuhan teknologi Effective Microorganisms (EM) dari Jepang peluncuran perdana dilakukan di Desa Bengkel, 75 km barat daya Denpasar tahun 1997 sedang digunakan oleh empat generasi dari kumpinya umur (0-5 tahun), cucunya (25-35 tahun), anaknya (umur 50-60 tahun), dan kakek kumpinya (umur 80-90 tahun).

Data pengguna Minyak Bokashi tersebut diperoleh dari survei pemasaran di Wilayah Bali, dengan metode sampling dan tanya jawab langsung kepada konsumen di pasar, tempat pameran, konter dan toko modern.
Mereka membeli Minyak Bokashi maupun Produk Ramuan Pak Oles lainnya untuk kesehatan keluarga, oleh-oleh kepada anggota keluarga besar, komunitas maupun untuk dijual kembali.linktr.ee/pakolescom

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini