Direktur Utama PT Karya Pak Oles Tokcer, sebuah perusahaan swasta nasional yang berbasis obat-obatan tradisional merupakan terbesar di Bali, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr menegaskan, pihaknya bisa mengambil sumber bahan aktif herbal dari perusahaan lain melalui proses kerja sama atau membelinya.
“Bahan aktif herbal tersebut selanjutnya kita mengkemasnya atau kita melakukan pengkemasan produk bekerja sama dengan perusahaan lain yang disebut dengan maklo produksi,” kata Dr. Wididana ketika tampil sebagai salah seorang pembicara utama pada Webinar Sharing Knowledge (berbagi pengetahuan) OTA Jamu“Pemanfaatan Ramuan Empiris Indonesia sebagai Proyek Diminati Masyarakat” yang digelar Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) melibatkan 250 peserta lintas provinsi di Indonesia, Kamis (26/10).
Alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang (1987-1990) itu tahun 1997 atau 26 tahun yang silam meluncurkan produksi Minyak Oles Bokashi secara massal di sebuah rumah sederhana di Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng, Bali memiliki keunggulan anti virus, anti jamur, anti bakteri, memiliki multi khasiat sebagai obat keluarga. Masyarakat Indonesia dan mancanegara.
Ia mengatakan, dengan merek tertentu yang didaftarkan produk namanya kemudian perusahaan yang membuat itu adalah perusahaan yang spesialis dalam berbentuk kapsul, tetes, bentuk teh herbal dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu kerja sama tersebut bisa dilakukan tentu semua produk harus didaftarkan ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Untuk mendukung hal itu perusahaan kita harus memiliki brending atau merek yang menentukan atau menandakan bahwa produk yang diproduksi memiliki kualitas produk sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan yang dibuat produsen.
Dr. Wididana menilai, brending itu sangat penting terhadap pandangan jamu, karena jamu adalah brend kemudian tahan, kedua adalah tahap informasi dan promosi, jadi bisa menyebarkan informasi melalui selebaran, brosur, media sosisal, melalui testimoni, atau melalui iklan.
“Jadi informasi itu sangat penting, dimana membeli, untuk apa produk itu , kemudia khasiatnya bagaimana dan lain sebagainya. Melalui edukasi, seminar dan pameran, masyarakat itu harus terus diedukasi, generasi milenial sekarang harus terus diedukasi supaya tidak ada jarak, jeda informasi antara generasi sebelumnya dan generasi sekarang, atau generasi yang akan datang,” harap Dr. Wididana.
Dengan demikian edukasi jamu sangat penting, bukan informasi dalam masyakat yang bisa saja liat, tapi edukasi memang perlu dan penting, karena jamu bahan aktifnya, cara membuatnya, nama tanaman dan sebagainya perlu terus edukasi.
Demikian pula seminar, data-data ilmiahnya harus disampaikan hasil-hasil penelitian, kemudian dalam bentuk pameran, jadi pameran itu adalah produk , pameran bahan baku, pameran bahan aktif, pameran bagaimana menumbuhkan kreatif, pasar kreatif , jamu di masyarakat.
Hal lain yang tidak kalah penting membagikan sample-sample produk dan yang terakhir melalui media sosial, medsos itu harus gencar untuk mengimformasikan pentingnya jamu bagi masyarakat untuk meningkatkan imun tubuh dalam kehidupan sehari-hari, tutur Dr. Wididana dalam webinar yang melibatkan 250 peserta lintas provinsi di Indonesia melalui aplikasi zoom.linktr.ee/pakolescom