Pengembangan industri farmasi yang mengutamakan obat tradisional dari bahan baku tanaman herbal yang mempunyai khasiat obat untuk menyembuhkan dan meringankan berbagai jenis penyakit mempunyai prospek cerah dalam usaha bisnis bidang kesehatan di masa mendatang.
“Untuk itu para ahli kesehatan pada masa pandemi Covid-19 selama dua tahun banyak melakukan penelitian terhadap obat tradisional yang memiliki anti virus, anti bakteri, anti jamur dan antioksidan seperti halnya Minyak Oles Bokashi,” tutur Direktur Utama PT Karya Pak Oles Tokcer, sebuah Perusahaan Swasta Nasional Berbasis Obat-Obatan Tradisional yang merupakan terbesar di Bali, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr.
Dalam sebuah webinar menjawab pertanyaan salah seorang mahasiswa Perguruan Tinggi Kesehatan Bintang Persada Program Studi Farmasi dan Keperawatan di Denpasar baru-baru, alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa Jepang (1987-1990) menekankan, pengembangan industri masa depan bidang kesehatan mengutamakan obat tradisional yang diproduksi dari bahan baku tanaman herbal mempunyai peluang bisnis yang menjanjikan.
Perkembangan obat tradisional yang dirintis sejak tahun 1997 atau 26 tahun yang silam itu juga dikenal dengan jamu sejak zaman kerajaan Kutai tahun 400 terus berkembang pada zaman penjajahan Belanda, Indonesia Merdeka hingga sekarang zaman milenial, kemajuan internet, media sosial dan teknologi canggih obat tradisional selalu eksis dan mendapat tempat di hati masyarakat luas dan konsumen.
Hal itu berkat obat tradisional sebagai alternatif untuk mengatasi keluhan berbagai jenis penyakit yang senantiasa berkembang dengan mengolah bahan baku menjadi produk jadi, melakukan penelitian, pengembangan produk dan mengedukasi masyarkat secara meluas.
PT Karya Pak Oles Tokcer memproduksi produk unggulan Minyak Oles Bokashi, Bokashi Care, Balsem Bokashi, Minyak Tetes Bokashi, Madu Geruh Bokashi, Madu Rocky, Madu Resi, Madu Jamur, Kopi bubuk Bukit Hexon, Parem Lantik, Krim Saribing dan Teh Bokashi.
Hingga saat ini baru tiga jenis teh yang disetujui mendapatkan ijin, dengan nama Teh Bokashi, yaitu: Teh Daun Jati Cina (untuk melancarkan buang air besar), Teh Jahe Merah (untuk menghangatkan badan), Teh Mahkota Dewa ( meredakan pegel linu, nyeri pada persendian).
Teh Bukit Hexon (ijin PIRT) adalah cikal bakal dari lahirnya Teh Bokashi (ijin Jamu). Ijin PIRT tidak boleh mencantumkan khasiat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Ijin jamu boleh mencantumkan khasiat, agar produk teh mudah dikenal dan dicari oleh pelanggan, maka ijin jamu diurus dengan nama baru Teh Bokashi.
Ciptakan Kesempatan kerja
Berkembangnya usaha-usaha bisnis yang mengolah bahan baku tanaman herbal dalam skala rumah tangga, usaha kecil menengah hingga menjadi perusahaan skala besar mampu menciptakan lapangan kerja, peluang bisnis dan meningkatkan kemampuan ekonomi negara dengan memberikan kontribusi berupa pembayaran pajak kepada pemerintah.
Berkembangnya obat tradisional secara meluas ke berbagai daerah di Indonesia maupun ke berbagai negara di belahan dunia, secara tidak langsung ikut memperkenalkan budaya, jati diri bangsa Indonesia kepada masyarakat internasional.
Gede Ngurah Wididana, perintis pengembangan tanaman herbal di Bali dan selama 35 tahun membangun merek dengan belajar sendiri (otodidak) karena sekarang membangun merek sudah diajarkan di sekolah bisnis dan ekonomi.
Begitu pentingnya merek yang menamai produk dalam bentuk nama dan logo akan keberhasilan bisnis produk tersebut, maka merek perlu dilindungi atau didaftarkan di Departemen Hak Kekayaan Intelektual.
PT Karya Pak Oles Tokcer, sebuah perusahaan swasta nasional berbasis obat-obatan tradisional yang merupakan terbesar di Bali dibangun oleh oleh Dr. Ir. Gede. Ngurah Wididana, M.Agr diluncurkan di Desa Bengkel, Buleleng tahun 1997, atau 26 tahun yang silam.
Visi besar pembangunan bisnis Pak Oles adalah “Membangun desa membangun bangsa.” Artinya pembangunan itu harus dimulai dari desa, sehingga masyarakat desa bisa maju, urbanisasi bisa ditekan, sehingga pemerataan pembangunan bisa dilakukan dari desa, dan desa bisa berkembang sejajar dengan kota.
Gerakan kembali ke desa bukan dimulai saat pensiun, tapi dari saat generasi muda menyelesaikan sekolahnya, dia kembali ke desa membangun desanya, agar jangan menjadi desa yang tertinggal.
Desa harus bisa dimajukan oleh generasi muda yang memiliki visi, untuk membangun desa membangun bangsa. Desa yang kuat, desa yang produktif dan kreatif akan bisa maju menjadi kota, sehingga desa menjadi produktif, menghasilkan produk pertanian, agroindustri, informasi dan juga teknologi terapan yang bisa dikembangkan dan dibuat usaha/ bisnis baru yang mendukung dan memajukan desa, sehingga masyarakat desa menjadi sehat secara spiritual dan material.
Pembangunan agroindustri dengan Teknologi EM di Desa Bengkel, merupakan proyek percontohan mewujudkan visi membangun desa membangun bangsa yang dimulai sejak 1997, merupakan suatu usaha yang fokus, tekun dan tak kenal lelah. Salam Tokcer.linktr.ee/pakolescom