Pria muda berasal dari Desa Mintomulyo, Mbangu, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati memanfaatkan limbah Sampah Organik Dapur (SOD) menjadi pakan ternak dan pupuk tanaman.
Pria itu bernama Marnoto (23), dimana ia menggeluti dunia perlimbahan sampah organik sudah sejak 10 bulan. Ia memulai memanfaatkan sampah tersebut lantaran melihat di sekitar tempat tinggalnya masih banyak yang membuang sampah organik sembarangan.
“Ide awal saya memanfaatkan sampah organik ini, awalnya saya itu melihat disekitar tempat tinggal masih banyak warga yang membuang sampah organik sembarangan. Sampah organik ini lebih ke limbah, SOD (sampah organik dapur),” kata Marnoto.
“Nah, dari situ saya mulai berpikir. Bisa apa tidak, sampah organik ini dimanfaatkan agar menjadi limbah yang lebih berguna yang tidak terbuang begitu saja. Dan akhirnya saya manfaatkan untuk pakan ikan dan hewan ternak di rumah dan untuk sisa pakan maggot (kasgot) saya gunakan untuk pupuk tanaman,” tambahnya.
Dituturkan Marnoto, dalam mengelola sampah organik tersebut terbagi menjadi tiga tahap. Pada tahap pertama dengan mengumpulkan sampah, pada tahap kedua yakni proses fermentasi dan pencampuran sampah, dan tahap terakhir yakni dekomposer sampah.
Selanjutnya, sampah organik yang bisa dimanfaatkan seperti sisa makanan, ikan dan daging yang sudah tidak bisa dikonsumsi, dan sayur atau buah yang tidak bisa dikonsumsi lagi.
“Untuk tahap awal, yang pastinya kita mengumpulkan sampah organik terlebih dahulu. Sampah organik ini, lebih ke sampah organik dapur seperti sisa makanan, ikan atau daging tidak layak konsumsi, sayuran dan buah tidak layak konsumsi,” tuturnya.
“Setelah sampah terkumpul selanjutnya tahap fermentasi, fungsi dari fermentasi ini untuk mengurangi bau yang timbul dari sampah organik. Untuk bahan fermentasinya, saya menggunakan bakteri starter dari campuran Effektive Microoganisme 4 (EM4) peternakan dan molase. Setelah itu sampah organik dicampurkan dengan bakteri starter, diaduk sampai merata. Kemudian dimasukkan ke dalam wadah atau tong fermentasi dan ditutup rapat dengan catatan tidak ada udara yang masuk,” lanjutnya.
Tak hanya itu, dalam penutupan ke dalam wadah atau tong fermentasi ditunggu antara tiga sampai tujuh hari bahkan lebih. Jika dirasa fermentasi tersebut berhasil akan mengeluarkan bau aroma seperti tape.
Pihaknya menyebutkan dalam penguraian sampah organik menggunakan kompostor maggot dari lalat Black Soldier Fly (BSF) atau lalat tentara hitam. Sebab, lalat BSF sangat cepat dalam mengurai sampah. Seperti yang diulas mitrapost.com.