Pemulung di Sragen Bisa Raup Rp 2 Juta/Bulan di TPST Manding

0
97
Pemisahan sampah organik dan non organik sebelum diolah menjadi pupuk organik yang diproses dengan permentor EM4.

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Manding, Sragen Kulon, Sragen, Jawa Tengah kini menjadi pusat perekonomian baru bagi warga setempat, sejak diolahnya sampah menjadi pupukan organik dengan sentuhan Effective Microorganisms 4 (EM4).

Para pemulung atau pekerja di TPST tersebut mampu menghidupi anggota keluarganya dengan pendapatan sebesar Rp 2 juta per bulan. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sragen mampu menghasilkan 200 sak pupuk organik setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan petani setempat akan pupuk ramah lingkungan.

Pupuk organik itu dihasilkan pemulung dengan mengolah sampah kedaunan yang dicacah dengan kotoran hewan (kohe) yang kemudian diolah dengan cairan effective microorganisme 4 (EM4). Sampah yang diolah itu baru 1/6 atau sekitar 17 persen dari total sampah yang masuk ke TPST.

Pengelola TPST Manding, Sragen Kulon, Sragen, Suprapdi, (50 tahun) mengungkapkan sampah yang masuk ke TPST mencapai 5-6 truk per hari. Setiap truk berkapasitas 4 ton. Jika yang masuk ke TPST 5-6 truk maka jumlah sampah yang masuk setiap hari sebanyak 20-24 ton.
Di tempat pengolahan sampah tersebuf sedikitnya 100 orang pembuang sampah yang menggunakan gerobak atau motor roda tiga plus tidak terhitung untuk perseorangan yang membuang sampah ke TPST.

Pembuangan sampah pun tidak hanya pagi dan siang hari tetapi malam hari pun ada yang membuang sampah, yakni hingga pukul 23.00 WIB. Selama ada sampah masuk maka ada pemulung. Mengolah sampah bersama tiga orang tenaga harian lepas (THL) yang digaji setara dengan upah minimum kabupaten (UMK).

Mereka memilah sampah dari dedaunan kering bercampur dengan plastik menggunakan mesin pemilah dan pencacah. Sampah plastik dikumpulkan dan langsung dimasukan ke dalam mesin pembakaran atau pirolisis. Kemudian potongan daun yang sudah tercacah dimasukan ke dalam bak pembuatan kompos. Dedaunan itu dicampur dengan kotoran hewan dan cairan EM4.

“Dari 5-6 truk itu, yang bisa kami olah hanya satu truk. Kami tidak bisa mengolah semua akibat tenaganya kurang. Kami ditarget oleh dinas [Dinas Lingkungan Hidup] bisa menghasilkan 200 sak per bulan. Hingga pertengahan bulan ini, kami sudah mendapat 100 sak. Setiap saknya katanya dijual dengan harga Rp5.000/sak,” ujarnya. Seperti yang diulas website solopos.com.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini