Dr. Wididana: Jamu Bagian Dari Kehidupan Tambah Stamina

0
99
Seorang wisatawan wanita mencoba minum loloh (jamu tradisional) yang memiliki khasiat untuk menjaga kesehatan.

Direktur Utama PT Karya Pak Oles Tokcer, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr menilai, jamu salah satu kekayaan warisan leluhur yang menggunakan tanaman herbal berkhasiat obat sebagai bagian dari hidup untuk makan, minum, menambah stamina, kecantikan dan suplemen obat secara turun temurun.

“Jamu dalam arti luas juga termasuk loloh di Bali yang berasal dari ekstrak tanaman herbal yang dilarutkan dalam air untuk memelihara kesehatan dengan cara diminum telah dikelola dalam usaha industri sejak tahun 1997, atau 26 tahun silam,” kata Dr. Gede Ngurah Wididana, Dirut sebuah perusahaan swasta nasional berbasis obat-obatan tradisional yang merupakan terbesar di Bali.

Dr. Wididana yang akrab disapa Pak Oles juga menjabat Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Provinsi Bali mengatakan hal itu ketika tampil sebagai salah satu pembicara utama pada Lokakarya (Worshop) yang digelar Dewan Jamu Indonesia bekerjasama dengan GP Jamu Indonesia melibatkan 100 peserta pelaku usaha di Denpasar baru-baru ini.

Jamu untuk bagian tubuh luar (cairan obat luar), jamu untuk bagian tubuh dalam (cairan obat dalam) dan kosmetik tradisional (bedak, boreh, lulur dan balur).

Loloh mempunyai khasiat menyembuhkan berbagai jenis penyakit, mendinginkan, menghangatkan dan membangkitkan energi dalam badan dapat dikembangkan skala industri sehingga mampu menciptalan lapangan kerja dan peluang bisnis yang menjanjikan.

Dr. Wididana menambahkan, loloh hasil industri mempunyai peluang pasar dalam dan luar negeri, mengingat bahan baku di berbagai daerah di Indonesia tersedia sangat melimpah dan produk tersebut telah dimanfaatkan masyarakat secara turun temurun.

Demikian pula teknologi yang diperlukan untuk industri loloh, informasi dan peraturan pemerintah sangat mendukung untuk mengembangkan industri loloh sekaligus mengangkat pendapatan dan kesejahteran masyarakat setempat.

Kekayaan budaya jamu Indonesia menurut Dr. Wididana dikenal sejak lebih dari 1.800 tahun silam, sebelum Kerajaan Salakanagara, sebuah kerajaan sangat makmur yang berarti negeri Perak di Kutai, Kalimantan Timur.

Pada sekitar tahun 130 dibawah kepemimpinan Dewawarman diperkirakan sebagai kerajaan Hindu Budha pertama di Indonesia. Pada abad IV kerajaan itu beralih ke pemimpin Taruma Negara terus Kalingga (abad VI), Sriwijaya (VII), Syailendra (abad VIII), Sunda (abad X), Majapahit (abad XIII) dan Malapura (abad abad XV) serta sejak abad XIII diteruskan oleh kerajaan Islam dalam bentuk kesultanan ke seluruh penjuru bumi nusantara.

Jamu dengan perjalanan sangat panjang itu menuntut semua pihak untuk dapat manfaatkan sebagai potensi besar dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dan kemampuan dalam bidang ekonomi yakni menggerak dan meningkatkan pertumbuhan ekomomi.linktr.ee/pakolescom

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini