Teknologi Effective Microorganisms (EM) pertama kali hadir di Indonesia pada tahun 1990 sebagai pelopor pertanian organik di nusantara yang diperkenalkan oleh Gede Ngurah Wididana setelah menyelesaikan pendidikan Program pendidikan Pasca Sarjana (S-2) Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang.
Teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan itu adalah hasil temuan Prof. Dr. Teruo Higa yang juga ahli mikrobiologi, guru besar University of The Ryukyus Okinawa, Jepang, tempat Ngurah Wididana menyelesaikan pendidikan S-2.
Sosok pria kelahiran Okinawa, Jepang 15 Mei 1942 atau kini berusia 81 tahun telah melakukan penelitian selama 12 tahun, sejak tahun 1968-1980 serta melakukan uji terap di lapangan selama dua tahun.
Prof Higa kemudian memperkenalkan seluruh hasil penelitiannya di hadapan para peneliti Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) dengan kertas kerja berjudul Teknologi Effective Microorganisms (EM). Hasilnya, USDA mengeluarkan Report and Recommendation. Artinya, USDA memberi lampu hijau ke seluruh dunia untuk menggunakan teknologi EM. Dua tahun kemudian, yakni tahun 1982 para ahli di Jepang sepakat untuk memperingati temuan Prof. Higa dengan mendirikan lembaga International Nature Farming Research Centre (INFRC) di Atami, Jepang.
Selanjutnya pada tahun 1989, ahli-ahli dari berbagai bidang, termasuk pertanian dan lingkungan dari kawasan Asia Pasifik bertempat di Saraburi, Bangkok, Thailand. Mendirikan Asia Pasifik Nature Agriculture Network (APNAN) yang berbasis EM untuk mengembangkan pertanian organik.
EM Research Organization (EMRO) didirikan pada tahun 1994, di Okinawa, Jepang. EMRO adalah lembaga yang bertujuan memperkuat dan menyebarluaskan penggunaan teknologi EM ke berbagai negara di belahan dunia.
Pada tahun 1990, Gede Ngurah Wididana yang akrab disapa Pak Oles menyelesaikan studi di Universitas Ryukyus. Beliau menjadi orang pertama di Indonesia yang menguasai teknologi EM dan didirikan sebuah yayasan yang diberinama Indonesia Kyusei Nature Farming Society (IKNFS).
Dari IKNFS lahir sebuah yayasan bernama Institut Pengembangan Sumberdaya Alam (IPSA) di Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
Yayasan IPSA diresmikan tahun 1997, didirikan sebagai pusat pendidikan dan pelatihan terpadu dengan teknologi EM dalam arti luas. Selanjutnya EM banyak diterapkan diberbagai bidang pertanian, peternakan, perikanan, industri, lingkungan dan kesehatan di Indonesia karena ramah lingkungan dan berkelanjutan.https://linktr.ee/em4