Tiga dosen Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), Jawa Timur melakukan pengabdian masyarakat (Pengmas) di RW 2 Kelurahan Kalirungkut, tepatnya di Kompleks Perumahan Rungkut Harapan, Surabaya.
Ketiga dosen tersebut terdiri atas Dr. Ir. Dwi Haryanta, Dr. Ir. Fungki Sri Rejeki dan Dr. Ir Endang Retno Wedowati melakukan pendampingan untuk membangun Rumah Kompos Mandiri.
Ketua Tim Pengmas Fakultas Pertanian UWKS, Dwi Haryanta mengungkapkan, kegiatan tersebut dilakukan untuk memberikan solusi terhadap permasalahan warga yang terganggu dengan adanya asap pembakaran bekas perantingan pohon di komplek perumahan.
Jalan keluar yang terbaik untuk menghindari adanya gesekan dan polusi udara, tim pengmas UWKS memberikan pendampingan membangun Rumah Kompos Mandiri yang dikelola oleh pengurus PKK dan RW 2, Kelurahan Kalirungkut, Surabaya.
“Kami juga membantu peralatan seperti mesin pencacah daun dan sampah menjadi bahan dasar kompos, serta kerangka besi, kantong pengomposan,”ujar salah seoang dosen Dwi Haryanta.
Dalam praktiknya, mereka mendampat pendampingan saat melakukan pengomposan oleh tim Program Kemitraan Masyarakat UWKS, di antaranya Dwi Haryanta, Fungki Sri Rejeki dan Endang Retno Wedowati.
Aktivitas membuat pupuk organik padat dengan sentuhan Effective Microorganisme 4 (EM4) berawal dari melakukan perontokan pemisahan daun dengan dahannya, pengomposan massal hingga memanen kompos.
Warga masyarakat sebelum melakukan pengomposan, sudah menyiapkan bahan-bahan terlebih dulu, yakni seperti larutan EM4, gula, dan bahan limbah organik yang akan dikomposkan yakni limbah perantingan atau bisa ditambah limbah rumah tangga.
Proses pengomposan limbah ranting dilakukan di area lapangan, tempat mana warga menaruh limbah ranting di bawah sinar matahari selama seminggu untuk merontokkan daun dari dahannya.
Limbah tersebut selanjutnya dimasukkan dalam wadah yang terbuat dari kerangka besi yang dilapisi dengan karung sak hingga berbentuk kotak. “Semua limbah perantingan yang sudah dijemur dimasukkan ke wadah dan setiap 20 cm diberi cairan larutan EM4.
Kemudian dipadatkan dengan menekannya menggunakan kayu dan terakhir ditutup dengan karung sak supaya dalam kondisi lembab. Setelah masa inkubasi selama tiga bulan, kompos sudah siap dipanen dan dibagikan ke warga untuk melakukan untuk melakukan pertanian perkotaan yakni “urban farming tambulapot” di rumah tangga masing-masing.
Pengmas bertema PKM Rumah Kompos Mandiri di RW 2 Kalirungkut, Surabaya berhasil memperoleh pembiayaan dari Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRTPM) Kemenristek Dikti sebesar Rp48 juta, seperti yang diterbitkan Jatim.com.https://linktr.ee/em4