Pasangan suami istri, Semuel Achitopel Fahik dan Nyonya Dies Susianawati saat belajar pertanian organik dengan teknologi EM yang disampaikan I Gusti Ketut Riksa.

Pasangan suami istri, Semuel Achitopel Fahik (49 tahun) dan Nyonya Dies Susianawati (43 tahun) yang menekuni usaha tani di tempat kelahirannya Desa Wehali, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) secara khusus datang ke Bali untuk mempelajari pertanian organik berbasis teknologi Effective Microorganisme 4 (EM4).

Suami-istri yang dikaruniai enam putra-putri belajar tentang teknologi EM rencananya berlangsung di Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali di Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu di daerah pesisir utara Pulau Bali Rabu (19/7/23).

Namun dalam waktu bersamaan di Villa IPSA berlangsung suatu kegiatan yang melibatkan banyak peserta, pelatihan pertanian organik yang khusus melatih dua peserta dari NTT dipindahkan ke kantor Pemasaran PT Songgolangit Persada Cabang Bali di Jalan Letda Kajeng, Denpasar.

Kebetulan tiga instruktiur yang melatihnya juga tinggal di Denpasar yakni Staf Ahli PT Songgolangit Persada yang juga instruktur IPSA Bali, Ir. I Gusti Ketut Riksa, Manajer Pak Oles Green School, Ir. Koentjoro Adijanto, dan I Ketut Darmawan, S.Pt, M.P, sosok pria enerjik yang sukses mengembangkan usaha peternakan sapi Bali untuk pembibitan secara organik di Kabupaten Klungkung.

Pasangan suami-istri itu mengelola lahan pertanian seluas 20 hektar yang terdiri atas 8 hektar untuk usaha peternakan sapi, ayam dan perikanan dan 12 hektar untuk usaha pertanian yakni menanam padi dan tanaman hortikultura.

Usaha peternakan pada lahan seluas 8 hektar itu baru mengembangkan ternak sapi untuk pembibitan sebanyak 50 ekor induk, 16 ekor diantaranya sudah bunting.

Usaha peternakan yang digeluti sejak tahun 2021 atau dua tahun yang silam itu dengan sistem paginya dilepas pada hamparan lahan seluas 8 hektar dan malamnya dikandangkan.

Untuk mendukung kelancaran usaha pertanian dalam arti luas itu menampung sepuluh tenaga kerja, tiga orang diantaranya khusus untuk merawat dan mengurus ternak sapi.

Nyonya Dies Susianawati, sosok wanita enerjik yang lebih bertanggung jawab untuk kelangsungan usaha pertanian pada lahan yang cukup luas, karena suaminya juga mengurus usaha bisnis percetakan yang juga menyerap puluhan tenaga kerja.

Meskipun demikian pertanian yang menjadi kesenangan (hobi) dari pasangan suami istri itu tetap dikembangkan secara bersama-sama dengan dibantu para karyawan, ujar Nyonya Dies yang menyediakan perumahan dan bahan pangan khusus untuk karyawan di lahan pertanian tersebut.

Olah Pertanian Organik
Semuel dan istrinya Nyonya Dies Susianawati sama-sama mengaku sangat tertarik untuk belajar pertanian organik berbasis EM ke IPSA Bali, dengan harapan nantinya bisa menerapkan dan mengembangkan pertanian organik di Kabupaten Malaka yang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Belu di NTT yang berbatasan dengan Negara Timor Leste.

“Selama ini saya dan suami belum memiliki kemampuan lebih, sehingga meluangkan waktu untuk belajar pertanian organik berbasis EM ke pusatnya EM4 di Indonesia yakni di IPSA Bali,” ujar Nyonya Dies seusai mengikuti pelatihan tersebut.

Ia mengaku memperoleh wawasan, gagasan dan keterampilan tentang memanfaatkan EM4 untuk menyangkut banyak hal mulai dari mempermentasi pakan ternak sehingga tahan lama untuk mengantisipasi kelangkaan pakan di musi kemerau, meningkatkan nutrisi, membuat pupuk organik padat, pupuk organik cair dan mengaplikasikan EM dalam berbagai aspek kehidupan.

Sementara Semuel Achitopel Fahik berharap setelah mengikuti pelatihan tentang pertanian organik berbasis EM bisa membuat pupuk organik padat, pupuk organik cair dan pestisida alami untuk membasmi hama menyakit tanaman tanpa menimbulkan pencemaran.
“Kita semua kembali ke alam untuk mengembangkan pertanian organik berbasis EM guna menghasilkan bahan pangan ramah lingkungan untuk kesehatan dan meningkatkan umur harapan hidup,” ujar Samuel.

Keuntungan dari menggunakan EM tanah yang tandus secara bertahap kesuburannya dapat ditingkatkan dan hal itu sangat tetat diterapkan di wilayah NTT, karena tanah-tanah umumnya kurang subur akibat phnya rendah. Dengan menanfaatan EM termasuk untuk mempermentasi limbah, sampah organik dan kotoran ternak menjadi pupuk organik padat maupun cair yang mampu mengembalikan kesuburan tanah.

Dengan menggunakan EM kita mengintensifkan pertanian organik dalam arti luas, termasuk peternakan dan perikanan sekaligus mengembalikan kesuburan tanah dan menambah umur harapan hidup karena bahan pangan yang kita konsumsi sepenuhnya hasil pertanian organik yang terhindar dari pencemaran, harap Samuel.

Semuel Achitopel Fahik besera istrinya dengan diantar Keoentjoro Adijanto sebelum pulang ke daerah asalnya, Kamis (20/7) mengunjungi IPSA Bali di Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng yang berjarak sekitar 75 km barat laut Kota Denpasar.

IPSA Bali yang berada dalam satu kawasan dengan villa IPSA, Pabrik PT Songgolangit Persada yang memproduksi pupuk hayati EM4 pertanian, EM4 perikanan,EM peternakan dan EM4 limbah, juga ada pabrik PT Karya Pak Oles Tokcer yang memproduksi Minyak Oles Bokashi dan berbagai jenis Produk Ramuan pak Oles lainnya.

Dalam kawasan tersebut juga terdapat hamparan kebun tanaman herbal berkhasiat obat organik seluas tujuh hektar yang tertata sedemikian rupa secara baik yang selama ini menjadi salah satu objek wisata menarik di Bali utara yang senantiasa dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini