Oleh: Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr *)
Coba bayangkan diri anda adalah seekor burung yang indah bersuara merdu dan eksotik, seperti artis penyanyi melankolis, kemudian anda ditangkap dan dimasukkan ke kerangkeng, selanjutnya anda dijual dan dijual lagi berkali-kali tanpa bisa protes kepada penjual dan pembelinya.
Meskipun anda dipelihara dengan makan dan minum yang monoton seadanya, dan anda masih terpaksa bisa menyanyi di dalam sangkar, walau nyanyian anda bercerita tentang kepedihan hidup, sementara orang yang memelihara dan membeli anda dengan nikmatnya menyeruput kopi dan menghirup asap rokoknya, sambil mengobrol atau melamun, dan menikmati nyanyian sedih anda, yang dirasakan sangat indah.
Kemudian dari cerita itu, lahir pula lagu berirama dangdut,”wahai burung di dalam sangkar,” yang melantunkan kesedihan burung, sementara di hatinya masih juga tidak mengerti kesedihan burung di dalam sangkar.
Cobalah anda pergi ke pasar burung, di sana ada ribuan ekor burung liar hasil penangkapan dan penangkaran, yang siap dijual dan dijebloskan lagi ke dalam sangkar burung baru, yang lebih bagus.
Dan, jika anda membayangkan bahwa mereka yang ditangkap, ditangkarkan, dijual itu anda, bagaimana kira-kira perasaan anda? Masihkah anda bisa bernyanyi? Masihkah anda memiliki semangat hidup?
Ribuan burung yang ditangkap dijual ke pengepul, ke pasar burung. Kemudian burung itu diecer ke penghobi burung untuk dipelihara, dan sebagian kecil, ada juga yang dilepas lagi ke alam liar. Untuk urusan menangkap burung dan melepas burung, saya teringat dengan urusan menangkap dan melepas pengedar narkoba, ada yang menangkap dan ada juga yang melepas. Itulah isi dunia, rwabhineda, dua unsur yang berbeda.
Melepas burung adalah aktivitas rutin dilakukan di villa IPSA, untuk tujuan pelestarian alam, penyerbukan tanaman, pengendalian hama tanaman, dan keindahan alam. Burung-burung di villa IPSA berkurang, karena banyak pemburu dan penangkap. Dengan melihat fenomena itu, kami berusaha menyeimbangkan lagi populasinya, khususnya untuk burung berkicau, yang membantu penyerbukan tanaman dan mengendalikan hama tanaman.
Sejak pandemi 2019, aktivitas melepas burung digiatkan lagi, setiap bulan sekali, ratusan burung dilepas ke alam liar. Ribuan burung dari puluhan jenis berterbangan dan menyanyi bebas di alam Villa IPSA. Mereke kembali ke habitatnya, sesuai dengan ketersediaan pangan di wilayah Desa Bengkel.
Setiap pagi mereka bernyanyi seperti paduan suara alam, merdu berkicau menyambut pagi. Alam indah mendukung pembiakan populasi burung berkicau. Burung pemakan ulat dan madu bunga cepat berkembang biak.
Burung pemakan biji suka bermigrasi mendekati sumber makanan sesuai musim padi dan palawija berbuah. Tamu-tamu yang menginap di Villa IPSA merasa tenang, nyaman dan terhibur menginap di sana, benar benar alami suara burung yang lepas di alam, bebas bercengkrama dan berteriak memanggil temannya. Tidak seperti suara burung di dalam sangkar, walau merdu tapi ada pilu. Welcome to villa IPSA. Let’s enjoy the singing of nature bird in every moment, every breath.https://linktr.ee/em4
*) Direktur Utama PT Karya Pak Oles Grup, Master Yoga Internasional dan alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang