Pengembangan Pertanian Organik Strategis Dalam Kehidupan Modern

0
99
Sejumlah mahasiswa Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar saat melakukan PKL di PT Songgolangit Persada.

Oleh: Ketut Sutika
Kalangan Milenial mulai tertarik menggeluti pengembangan pertanian organik untuk menghasilkan bahan pangan yang aman, nyaman bagi kesehatan dan meningkatkan umur harapan hidup. Kehidupan modern tetap didukung pengembangan pertanian ramah lingkungan. Jika pertanian mati, atau sakit, maka kehidupan modern juga akan ikut sakit dan mati, karena dari pertanianlah bahan pangan (makanan), oksigen, kelestarian lingkungan, ketersediaan air, serta Kesehatan tanah, air dan udara bisa terpelihara dengan baik.

“Masyarakat modern kalangan mileniah telah menyadari hal itu, maka pengembangan pertanian organik dan lingkungan akan tetap terpelihara kelangsungannya oleh masyarakat modern, tanpa meragukannya lagi.” Tutur Pakar dan Pelopor Pertanian Organik Indonesia, Dr. Ir. Gede Nghurah Wididana, M.Agr.

Sosok pria enerjik alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang yang juga Direktur Utama PT Songgolangit Persada, agen tunggal yang memproduksi dan memasarkan Effective Microorganisms (EM4) di Indonesia yang mendapat lisensi dari EMRO Jepang.

Pengembangan pertanian organik yang mulai diterapkan secara intensif di berbagai daerah di Indonesia itu mampu menjaga kelestarian tanah, air dan udara dengan baik.Sektor pertanian dapat dikembangkan untuk mendukung industri makanan industri pariwisata (eco-agro industry), industri Kesehatan (health industry), pendidikan-pelatihan dan membentuk generasi bekualitas, melestarikan lingkungan, relaksasi, kesehatan dan keindahan.

Dalam skala kecil usaha pertanian dapat diterapkan kalangan masyarakat kecil sebagai usaha tani kecil dan koperasi. Sedangkan dalam skala besar usaha pertanian dapat diterapkan sebagai industri menengah dan besar, yang mampu menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian dari sektor hulu (budidaya pertanian), panen, pasca panen, dan pengolahan hasil pertanian untuk makanan, Kesehatan dan kecantikan.

Terhadap pengembangan pertanian organik yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan produk domestik regional bruto (PDRB), kalangan generasi muda senantiasa harus terus diingatkan melalui pendidikan dan pelatihan secara formal maupun informal akan pentingnya menjaga dan melanjutkan pertanian organik bagi kelanjutan kehidupan generasi yang lebih berkualitas.

Tanpa pengembangan pertanian organik yang serius, sungguh-sungguh dengan sentuhan Effective Microorganisms (EM), teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan akan mampu menjaga lingkungan dengan baik serta pertanian tetap berkualitas karena didukung tanah yang subur.

Pertanian organik sekaligus berfungsi sebagai sarana relaksasi, Kesehatan dan keindahan. Pertanian ramah lingkungan bisa dikembangkan sebagai agro-tourisme, penyembuhan (healing), dan keindahan lingkungan melalui kelestarian alam, serta dapat memberikan kesejahteraan bagi umat manusia secara lahir dan batin.

Melawan Arus
Dr. Wididana adalah sosok pria pelopor pertanian organik di Indonesia yang mengadopsi teknologi Effective Microorganisms (EM) dari Jepang ke Indonesia tahun 1990 atau 33 tahun yang silam kala itu “melawan arus” karena di Nusantara lebih mengintensifkan pertanian anorganik.

Hal itu dilakukan salah seorang putra terbaik Bali waktu itu mendapat instruksi dari Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar bidang hortikultura University Ryukyus Okinawa Jepang penemu teknologi EM, bahwa EM adalah teknologi berkelanjutan yang cocok diterapkan di semua negara di seluruh dunia.

Di Indonesia pertanian organik pada saat itu belum dikenal masyarakat luas, sementara pertanian anorganik yang diterapkan secara intensif mulai menghadapi berbagai kendala dan hambatan yakni timbulnya hama penyakit tanaman, kerusakan lingkungan dan ketidak kestabilan produksi.

Pertanian anorganik membutuhkan biaya produksi yang semakin meningkat, biaya sektor pertanian menjadi semakin mahal sehingga petani dalam menekuni usaha pertanian itu cenderung mengalami kerugian. Dengan sentuhan teknologi EM, Indonesia akhirnya mempunyai pilihan untuk mengelola atau mendaur ulang bahan-bahan organik menjadi pupuk organik guna mendukung pengembangan pertanian organik.

Pengalaman menggunakan teknologi EM di Indonesia selama 33 tahun menunjukkan bahwa bahan-bahan organik bisa dengan cepat menjadi pupuk organik melalui proses fermentasi EM4, sedangkan untuk tingkat dunia dikenal dengan EM1.
EM4 di Indonesia diperkenalkan sejak tahun1990 yang dimulai dari proses pengurusan izin, penelitian, pendidikan dan pelatihan bagi petani dan masyarakat umum tentang EM4. Bersamaan dengan itu berdiri PT. Songgolangit Persada, yang satu-satunya di Indonesia mendapat lisensi dari Effective Microorganisms Research Organization (EMRO) Jepang untuk memproduksi dan memasarkan EM4 pertanian, EM4 perikanan, EM4 peternakan dan EM4 mengatasi limbah (pencemaran).

Teknologi EM sekarang berkembang sangat pesat, berkat diterimanya oleh masyarakat luas tentang pembangunan dan pengembangan pertanian organik, karena teknologi EM mendukung menyukseskan pengembangan pertanian organik.
Indonesia dalam menggunakan teknologi EM sangat multi dimensi karena memiliki wilayah yang sangat luas, sehingga menempati posisi terdepan dalam memanfaatkan pupuk organik ramah lingkungan dibanding negara lainnya.

Misi Besar
Sementara itu Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa menilai, Guru Besar Bidang Hortikultura University of The Ryukyus Okinawa, Jepang Prof. Dr. Teruo Higa berhasil menemukan teknologi Effective Microorganisms (EM) tahun 1980 melalui hasil penelitian selam 12 tahun berujung pada misi besar untuk melestarikan lingkungan.

Prof. Higa meneliti kelompok bakteri yang berguna dengan tujuan untuk memelihara dan mengembangkan agar mampu hidup bersaing dan menang melawan kelompok yang merugikan. Bakteri tersebut mampu membuat nutrisi atau zat-zat bioaktif yang diperlukan oleh semua makluk hidup. Ia memilih mikroba berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan manusia dan kesehatan lahan pertanian.

Kelompok pertama yang berguna sekaligus sebagai sahabat manusia, kelompok ini dikumpulkan Prof Higa yang berasal dari lima kelompok, sepuluh genus dan jumlahnya sekitar 80 spesies dalam sebuah formula yang disebut EM.
Kelima kelompok tersebut meliputi bakteri asam laktat, actinomycetes, fotosintetik, ragi dan cendawan fermentasi. Kelompok kedua berupa mikroba merugikan yang lebih dikenal dengan sebutan pathogen dan kelompok ketiga berupa mikroba yang bersifat netral.

Dari ketiga kelompok bakteri tersebut Prof Higa menitikberatkan perhatian penelitian pada kelompok pertama. Mikroba yang berguna bekerja berdasarkan proses fermentasi dengana hasil de-ion seperti glukosa, ahkohol, ester, asam amino, asam nukleat, hormon, enzim dan anioksi.

Sebaliknya mikroba yang merugikan sebagai bakteri pembusuk yang dinamakan ion seperti natrium (Na), kalium (K), magnesium, cloor (CI), ferum (Fe), zilkum (Zn) dan cuprum (Cu). Dalam teori mikro nutrisi, selain menyerap ion, tanaman juga dapat menyerap de-ion, artinya tanaman yang menyerap de-ion akan lebih sehat dan kebal dibandingkan dengan tanaman yang hanya sebatas menyerap ion. Inti kekuatan EM terletak pada bakteri fotosintetik, bakteri yang lebih dikenal sebagai bakteri yang abadi tahan hidup pada suhu di atas 1000 derajat celsiun, tutur Gusti Ketut Riksa yang juga Instruktur EM pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini