Oleh: Ketut Sutika
Pengembangan pertanian organik bertujuan memperoleh manfaat kesehatan lahir batin, umur panjang, lingkungan bersih, lestari dan ekonomi yang terus berkembang.
Pertanian ramah lingkungan mulai digeluti sebagian besar masyarakat Indonesia mampu memberikan dampak kesehatan terhadap petani dan masyarakat konsumen, karena kehidupan bebas dari polusi zat-zat residu kimia.
“Makanan yang dikonsumsi, air yang diminum, dan udara yang dihirup dalam kondisi sehat, sehingga petani, konsumen dan masyarakat luas mendapatkan kesehatan secara lahir dan batin yang baik,” tutur Pakar dan pelopor pertanian organik Indonesia, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr.
Sosok pria enerjik alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa Jepang itu adalah Direktur Utama PT Songgolangit Persada, agen tunggal untuk memproduksi dan pemasaran Effetive Microorganisms 4 (EM4) pertanian, perikanan, peternakan dan EM4 limbah di Indonesia yang mendapat lisensi dari EMRO Jepang.
EM hasil temuan Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar bidang hortikultura University of The Ryukyus Okinawa, Jepang tahun 1980 adalah teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dr. Wididana yang akrab disapa Pak Oles itu meraih prestasi gemilang dalam menyelesaikan Program Master ilmu Pertanian, dan membawa Teknologi EM sebagai modal dan “senjata ampuh” mengembangkan pertanian organik di Indonesia.
Dengan bertani organik, penggunaan pestisida kimia dan pupuk kimia menjadi berkurang, bahkan sampai nol, tidak menggunakan sama sekali.
Pertanian organik menjadikan lingkungan tanah, air dan udara menjadi sehat, sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Produk-produk pertanian organik dapat dipasarkan, bahkan memiliki konsumen tersendiri untuk masyarakat yang cinta terhadap kesehatan dan kelestarian lingkungan, sebagai pemasok bahan baku organik untuk industri pengolahan hasil pertanian organik.
Pengembangan pertanian organik memberikan dampak yang luas yakni mendukung pariwisata, pembangunan desa, mewujudkan lingkungan yang bersih, dan lebih luas lagi membangun “mesin oksigen” alam dari lingkungan bersih dan menyehatkan.
Semua Masyarkat terlibat
Pengembangan pertanian organik berbasis teknologi EM yang mulai dilakoni sebagian besar masyarakat Indonesia melibatkan sebagian besar masyarakat dan petani mulai dari tingkat rumah tangga.
Upaya itu mulai dari menggunakan limbah dapur organik, yang didaur ulang untuk pupuk organik. Secara sederhana, limbah rumah tangga dipisahkan sesuai jenisnya, organik dan non organik.
Limbah non organik seperti plastik, karet, besi, kaca, dan lain-lain, dikumpulkan untuk didaur ulang oleh pengelola limbah non organik (pemulung, pengepul limbah non organik), kemudian diproses daur ulang.
Sedangkan limbah organik, seperti daun, sisa sayur/ buah, sisa makanan lain, dikumpulkan untuk pupuk, diolah di tempat pembuangan limbah organik untuk pupuk. Limbah sisa makanan, dalam skala kecil bisa langsung dikasih makan ayam kampung dan/ babi.
Dalam skala yang lebih besar, limbah sisa makanan bisa dikumpulkan secara berkelompok (RT ,RW, desa, restoran) untuk makanan ternak yang dikelola koperasi maupun usaha kecil. Dengan cara mendaur ulang limbah sisa makanan untuk makanan ternak, ayam, babi, bebek, sehingga bermanfaat untuk peternakan dan mengurangi pembuangan limbah.
Limbah air cucian beras bisa dikumpulkan dan diproses atau fermentasi setiap hari untuk pupuk organik memanfaatkan sentuhan EM, yang ditampung dalam wadah botol/ jirigen bertutup kedap.
Fermentasi limbah air beras dilakukan dengan menambah gula/molas, EM dengan perbandingan: setiap liter air cucian beras ditambah dengan 50 ml EM dan 50 ml molas, kemudian dikocok dan ditutup rapat.
Setelah satu minggu difermentasi dalam wadah tertutup, limbah air cucian beras sangat bagus untuk pupuk organik, dengan melarutkannya ke dalam air, dengan perbandingan 1 liter fermentasi air cucian beras dilarutkan ke dalam 100 liter air, kemudian disiramkan ke tanah/ pot tanaman, atau disemprotkan ke daun tanaman.
Metode sederhana ini sangat berguna untuk memulai pertanian organik dari rumah tangga, sebagai upaya memantapkan ketahanan pangan.
Pengalaman Berharga
Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Brunai Darussalam, Juminto memperoleh pengalaman berharga terhadap pengembangan pertanian organik sentuhan EM4, karena tanaman hortikultura tumbuh subur dengan hasil yang melimpah.
Pengalaman bekerja selama di negeri tetangga itu, setelah kembali ke Indonesia dicoba dan diterapkan di tempat kelahiran Desa Kelangen, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Juminto (52) didampingi Istrinya Sumiatun (49 tahun) ketika menerima kunjungan tim youtube EM Indonesia Official, baru-baru ini menjelaskan, tanaman sayur mayur dengan pupuk organik EM4 tumbuh subur dan hasil yang memuaskan.
Ia setelah kembali ke kampung halamannya langsung menggeluti usaha pertanian berbasis organik dengan memanfaatkan EM4.
Mengelola lahan seluas 50 are (setengah hektar) ditanami padi, setelah panen menyusul menanam kedelai dan bawang merah semuanya memanfaatkan pupuk organik dan EM4 pertanian,
Dalam waktu setahun mengembangkan tiga jenis komoditas secara bergantian yakni padi (lahan basah), setelah itu kedelai (lahan kering) dan menyusul bawang merah (juga lahan kering) tanpa perlu pengairan.
Pengembangan ketiga jenis komoditas ternyata memberikan hasil yang memuaskan, karena produksinya melimpah serta mampu memutus mata rantai hama penyakit tanaman.
Juminto menuturkan, pengolahan lahan untuk tanaman padi diawali dengan penyemprotan menggunakan EM4 bertujuan untuk mempercepat proses pembusukan jerami dan menyuburkan tanah.
Saat proses pengolahan lahan langsung ditaburi pupuk organik yang difermentasi dengan EM4, selanjutnya siap ditanami padi.
Selama 82 hari proses pemeliharaan dan perawatan tanaman padi melakukan penyemprotam 10 kali, masing-masing menggunakan 0,5 liter EM yang dicampur dengan 18 liter air dalam satu tangki penuh.
Penyemprotan rutin dilakukan setiap 7-10 hari sekali atau totalnya sepuluh kali menjadikan tanaman tumbuh subur dan terhindar dari hama penyakit.
Selain itu juga membuat pupuk organik cair dengan bahan bongkol pisang, air cucian beras dan EM4 difermentasi selama 20 hari siap disemprotkan ke tanaman padi.
Dengan aplikasi EM biaya produksi dapat ditekan 50 persen lebih dengan produksi setiap setengah hektar mencapai 15-18 kwintal gabah kering giling (GKG), meningkat dibandingkan menggunakan pupuk kimia hanya 12-13 kwintal.
Pertanian organik berbasis EM selain mampu meningkatkan produksi persatuan lahan juga dapat menghemat biaya pengolahan lahan, menjaga kesuburan lahan, karena nutrisi pada tanah akan bermanfaat bagi tanaman berikutnya.
Kelangsungan Hidup Manusia
Sementara itu Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa menegaskan, bahan pangan dan mutu makanan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia, terutama terhadap kondisi fisik dan psikis.
Dengan mengkonsumsi makanan dari bahan pangan organik yang sehat, baik dan benar, akal budi menjadi lebih stabil, tidak cepat frustasi, tidak merasa ketakutan, selalu berpandangan positif dan mendapat pencerahan.
Semua itu berkat terbentuknya keselarasan antara mikroorganisme, enzim, daya vital, hormon dan mineral di dalam “dunia kecil” pada tubuh. Jika usus sehat semua organ tubuh dapat bekerja dengan baik.
Selama manusia belum menyadari kekeliruannya terhadap makanan dan cara makan, masalah makan tidak dapat terselesaikan. Manusia seharusnya mengikuti cara makan alami karena manusia sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari alam.
Hal itu penting disadari, karena tidak seorangpun dapat berbuat yang lebih baik dari apa yang telah dirancang alam. Jika kesehatan. kebugaran dan umur panjang ditentukan oleh hal-hal yang bersifat alami, maka manusia harus mengetahui sebanyak mungkin cara kerja sistem alam tersebut.
Seorang ibu memetik sayur kangkung dan langsung memasak rasanya sangat enak, berbeda dengan kangkung yang disimpan dulu di kulkas, setelah seminggu baru dimasak. Hal itu karena kangkung yang dipetik langsung dimasak itu menyimpan daya hidup dan kangkung yang disimpan di kulkas itu tanpa memiliki daya hidup akan mengalami kehancuran dan pembusukan.
Demikian pula dengan makanan yang dikonsumsi, yakni makanan yang masih mengandung daya hidup sangat berbeda khasiatnya terhadap kebutuhan jasmani dan rohani. Kangkung yang baru dipetik dan langsung dimasak rasa enak. Jika kangkung itu ditancapkan di lumpur akan tumbuh menjadi tanaman baru. https://linktr.ee/em4