Staf Ahli: Bahan Pangan Dan Makanan Untuk Kelangsungan Hidup

0
85
Ir. I Gusti Ketut Riksa Staf Ahli PT Songgolangit Persada

Bahan pangan dan mutu makanan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia, terutama terhadap kondisi fisik dan psikis.

“Dengan mengkonsumsi makanan dari bahan pangan organik yang sehat, baik dan benar, akal budi menjadi lebih stabil, tidak cepat frustasi, tidak merasa ketakutan, selalu berpandangan positif dan mendapat pencerahan,” kata Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut
Riksa.

Ia yang juga Instruktur Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali menjelaskan, semua itu berkat terbentuknya keselarasan antara mikroorganisme, enzim, daya vital, hormon dan mineral di dalam “dunia kecil” pada tubuh. Jika usus sehat semua organ tubuh dapat bekerja dengan baik.

Selama manusia belum menyadari kekeliruannya terhadap makanan dan cara makan, masalah makan tidak dapat terselesaikan. Manusia seharusnya mengikuti  cara makan alami karena manusia sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari alam.

Gusti Ketut Riksa menambahkan, tidak seorangpun dapat berbuat yang lebih baik dari apa yang telah dirancang alam. Jika kesehatan, kebugaran dan umur panjang ditentukan oleh hal-hal yang bersifat alami, maka manusia harus mengetahui sebanyak mungkin cara kerja sistem alam tersebut.

Seorang ibu memetik sayur kangkung dan langsung memasak rasanya sangat enak, berbeda dengan kangkung yang disimpan dulu di kulkas, setelah seminggu baru dimasak. Hal itu karena kangkung yang dipetik langsung dimasak itu menyimpan daya hidup dan kangkung yang disimpan di kulkas itu tanpa memiliki daya hidup akan mengalami kehancuran dan pembusukan.

Demikian pula dengan makanan yang dikonsumsi, yakni makanan yang masih mengandung daya hidup sangat berbeda khasiatnya terhadap kebutuhan jasmani dan rohani. Kangkung yang baru dipetik dan langsung dimasak rasa enak. Jika kangkung itu ditancapkan di lumpur akan tumbuh menjadi tanaman baru.

Demikian pula orang tua zaman dulu setelah panen padi disimpan di dalam lumbung dan baru diturunkan dari lumbung untuk ditumbuk menjadi beras lalu dimasak. Setahun lamanya padi yang disimpan di lumbung bila disemai akan tumbuh menjadi tanaman baru.

Tanaman seralia (biji-bijian) mampu mempertahankan daya hidup lebih lama dari pada tanaman lain. Artinya orang tua zaman dulu selalu makan nasi yang masih mengandung daya hidup.

Berbeda dengan masyarakat modern yang selalu makan beras yang sudah lama tersimpan di gudang, beras tersebut sudah kehilangan daya hidup dari pada padi. Teknologi sekarang telah mengorbankan daya hidup yang sangat bermanfaat demi alasan efisien. Hanya pengetahuan tentang daya hidup itu belum populer, jelas Gusti Ketut Riksa.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini