Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa menegaskan, pengembangan pertanian organik berbasis Effective Microorganisms (EM) menjadi solusi yang tepat untuk menghasilkan bahan pangan yang aman untuk kelangsungan kehidupan umat manusia dan makluk hidup lainnya.
“Ibarat nasi telah menjadi bubur, kini berbagai upaya dilakukan untuk pelestarian lingkungan, terutama untuk mengembalikan tingkat kesuburan lahan akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara terus menerus selama puluhan tahun,” kata Gusti Riksa yang juga instruktur EM pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali.
Ia mengatakan, tingkat kesuburan tanah sangat tergantung pada jumlah biota yang terkandung di dalam tanah, termasuk mikroorganisme. Dalam satu sendok (6 gram) tanah yang subur mengandung mikroba yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah penduduk dunia.
Setiap tanah seluas 100 meter persegi (1 are) tanah yang subur mengandung setengah ton mikroba, 1 ton cacing tanah dapat menghasilkan kascing (bekas cacing) berhumus. Jadi mikroba memiliki power terpenting di dalam tanah.
Tanah yang subur menumbuhkan tanaman yang bernutrisi tinggi. Tanaman tersebut bila dikonsumsi oleh manusia akan memberikan kesehatan dan umur panjang.
Kalau pertanian dikelola secara konvensional maka makluk-makluk yang tidak kasat mata seperti cacing mikroba dan sebaginya akan musnah.
“Untuk itu siapa lagi yang bisa menciptakan kesuburan lahan untuk menghasilkan bahan pangan yang aman dikonsumsi umat manusia,” ujar Gusti Ketut Riksa.
Ia menjelaskan, dengan memasukkan mikroba ke dalam tanah akan terjadi pengayaan nutrisi dari yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Mineral Mikro sangat diperlukan oleh tanaman, sedangkan pemupukan padi dan tanaman budidaya lainnya belum pernah menggunakan unsur mikro yang beragam.
Dengan demikian pertanian kimia sangat miskin dengan unsur mikro, enzim dan berbagai senyawa senyawa lainnya. Semakin lama lahan itu dikelola dengan pupuk kimia kemiskinan hara tanah semakin parah.
Selain membunuh mikroba tanah akan kehabisan zat bioaktif, mikronutrisi dan senyawa esensiil lainnya. Oleh sebab itu keunggulan pertanian organik tidak perlu disangsikan di tengah maraknya pertanian kimia. Di dalam alam yang terlanjur tercemar sangat sulit untuk mewujudkan produk pertanian yang murni organik.
Namun upaya ke arah itu harus tetap mendapat prioritas dan diimbangi oleh para ahli memacu sistem kerja alam yang telah terbukti berabad-abad lamanya mampu memberikan kesehatan kepada manusia secara fisik dan spiritual, tutur Gusti Ketut Riksa.