Oleh: Ketut Sutika
Tumbuhnya kesadaran masyarkat untuk mengkonsumsi bahan pangan ramah lingkungan tanpa sentuhan pupuk dan festisida kimia, sebagai salah satu upaya menjaga dan memelihara kesehatan tubuh tetap prima, meningkatkan harapan hidup dan umur panjang.
Mokichi Okada, seorang menyembuh, tokoh spiritual Sekai Kyusai Kyo di negeri Jepang tahun 1936, atau 87 tahun yang silam membuat model pertanian organik, yang dikenal dengan Kyusei Shizen Nogyo, yakni pertanian organik model Kyusei untuk menjaga kelangsungan dunia beserta segala isinya.
“Visi pertanian organik Kyusei adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia, menghasilkan produk pertanian yang sehat, berkualitas, secara berkesinambungan, memberikan keuntungan bagi produsen dan konsumen, serta menjaga lingkungan untuk tetap lestari, manusia hidup sehat dan harmonis,” tutur Pakar Pertanian Organik Indonesia yang juga Direktur Utama PT Songgolangit Persada Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr.
Sosok pria enerjik Alumnus Faculty Agreculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang itu menjelaskan, Visi pertanian organik Kyusei diimplementasikan oleh Prof. Dr.Teruo Higa, dengan menggunakan Effective Microorganisms (EM), yakni teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Prof Higa, guru besar Bidang Hortikultura University of The Ryukyus Okinawa, Jepang
Itu juga membentuk lembaga penelitian Asia Pasific Natural Agricultural Network (APNAN), South America Natural Agriculture Network (SANAN), International Nature Farming Research Center (INFRC) dan Effective Microorganisms Research Organization (EMRO).
Keempat lembaga tersebut dengan berbagai aktivitas penelitian dan pelatihan teknologi EM membantu mengembangkan pertanian organik ke seluruh negara di belahan dunia menyangkut bidang pertanian, peternakan, perikanan, lingkungan dan kesehatan manusia.
Produk EM.1 adalah nama internasional dari EM4 (di Indonesia). EM adalah kultur mikroorganisme cair dari Lactobacillus, ragi dan bakteri fotosintetik, yang berguna untuk menyuburkan tanah melalui fermentasi bahan organik. Tanah yang diperlakukan dengan EM menghasilkan tanah fermentasi (zymogenic soil) dan tanah penekan penyakit (disease suppresive soil).
“Tanah yang mendapat sentuhan EM itu menjadi sangat subur secara biologis, memiliki jumlah mikroorganisme menguntungkan yang dominan, tanahnya menjadi gembur, cacing-cacing tanah yang berguna bagi akar tanaman berkembang dengan baik, sehingga akar tanaman menjadi sehat,” tutur Dr. Wididana adalah agen tunggal di Indonesia untuk memproduksi EM4 dan memasarkan ke seluruh daerah di Indonesia yang mendapat lisensi dari EMRO Jepang.
Syarat utama dalam mengintensifkan pertanian organik adalah, ke dalam tanah diberikan pupuk organik atau bahan organik yang difermentasi dengan EM. Pupuk hayati itu bisa dilarutkan dalam air lalu disiramkan ke perakaran tanaman, atau disemprotkan ke daun tanaman. Pupuk organik yang difermentasi dengan EM disebut pupuk Bokashi yang telah dikenal secara meluas oleh petani Indonesia.
Manfaatkan Limbah organik
Untuk memenuhi kebutuhan pupuk bokashi, petani dan masyarakat luas dianjurkan dan telah dilatih dan diajarkan tentang cara membuat pupuk bokashi serta cara menggunakannya dan memanfaatkan bahan organik yang tersedia, seperti bahan dari kotoran ternak, sisa-sisa tanaman dan pupuk hijau.
Limbah organik dari sampah kota bisa dimanfaatkan, didaur ulang untuk menjdi pupuk bokashi dengan sentuhan EM4. Pembuatan pupuk organik Bokashi dalam skala industri bisa dikembangkan untuk memenuhi permintaan pupuk organik bagi petani untuk mengembangkan daerah pertanian yang luas di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi.
Perkembangan pertanian organik di Indonesia setahap demi setahap sejak tahun 2000, saat informasi kesehatan, pertanian dan lingkungan menyebar sangat cepat melalui media internet. Demikian juga gaya hidup sehat mulai diterapkan masyarakat dengan mengkonsumsi makanan alami, tinggi serat , yakni mengkonsumsi sayur mayur. buah organik), produk susu, daging dan ikan yang organik,
Bahan pangan beras, gandum, biji-bijian serba organik, sehingga produsen pertanian dalam skala kecil dan besar mampu menumbuhkan kesadaran baru, bahwa permintaan produk pertanian organik merupakan kebutuhan, yang harus dipenuhi, karena di sanalah pasar pertanian sesungguhnya, bahwa masyarakat menginginkan hidup sehat dengan makan makanan sehat dan bermukim dalam di lingkungan yang sehat pula.
Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia sejak lama telah mengembangkan pertanian organik, sekaligus menjadi kunjungan objek wisata seperti Kebun Tanaman Herbal Pak Oles di Desa Bengkel, Busungbiu, daerah pesisir utara Pulau Dewata yang berjarak sekitar 75 km barat laut Denpasar.
Kebun tanaman herbal seluas tujuh hektar yang mengoleksi ratusan jenis tanaman obat sebagai bahan baku Minyak Oles Bokashi dan produk ramuan Pak Oles lainnya dilengkapi fasilitas berupa villa Institut Pengembnagan Sumber Daya Alam (IPSA) yang berkapasitas 15 kamar.
Misi Besar Kelestarian Lingkungan
Sementara Staf Ahli PT Songgolangit Persada Ir. I Gusti Ketut Riksa yang juga Instruktur EM pada IPSA Bali, menjelaskan Prof. Dr. Teruo Higa berhasil menemukan teknologi EM tahun 1980 melalui hasil penelitian selam 12 tahun yang mampu mewujudkan misi besar untuk melestarikan lingkungan.
Penelitian selama puluhan tahun itu menekankan pada kelompok bakteri yang berguna untuk memelihara dan mengembangkan agar mampu hidup bersaing dan menang melawan kelompok yang merugikan. Bakteri tersebut mampu membuat nutrisi atau zat-zat bioaktif yang diperlukan oleh semua makluk hidup dan memilih mikroba berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan manusia dan kesuburan lahan pertanian.
Kelompok pertama yang berguna sekaligus sebagai sahabat manusia, kelompok ini dikumpulkan Prof Higa yang berasal dari lima kelompok, sepuluh genus dan jumlahnya sekitar 80 spesies dalam sebuah formula yang disebut EM.
Kelima kelompok tersebut meliputi bakteri asam laktat, actinomycetes, fotosintetik, ragi dan cendawan fermentasi. Kelompok kedua berupa mikroba merugikan yang lebih dikenal dengan sebutan pathogen dan kelompok ketiga berupa mikroba yang bersifat netral.
Dari ketiga kelompok bakteri tersebut Prof Higa menitikberatkan perhatian penelitian pada kelompok pertama. Mikroba yang berguna bekerja berdasarkan proses fermentasi dengana hasil de-ion seperti glukosa, ahkohol, ester, asam amino, asam nukleat, hormon, enzim dan anioksi.
Sebaliknya mikroba yang merugikan sebagai bakteri pembusuk yang dinamakan ion seperti natrium (Na), kalium (K), magnesium, cloor (CI), ferum (Fe(, zilkum (Zn) dan cuprum (Cu).
Dalam teori mikro nutrisi, selain menyerap ion, tanaman juga dapat menyerap de-ion, artinya tanaman yang menyerap de-ion akan lebih sehat dan kebal dibandingkan dengan tanaman yang hanya sebatas menyerap ion.
Inti kekuatan EM terletak pada bakteri fotosintetik, bakteri yang lebih dikenal sebagai bakteri yang abadi tahan hidup pada suhu di atas 1000 derajat celsiun, ujar Gusti Ketut Riksa. https://linktr.ee/em4