Dua Puluh Langkah Teknologi EM (3)

0
114
Ir. I Gusti Ketut Riksa, Staf Ahli PT. Songgolangit Persada.

Oleh: I Gusti Ketut Riksa *)

Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar bidang hama dan penyakit hortikultura  Universitas of The Ryukyus Okinawa, Jepang, berkat bidang kerjanya selalu merakit pestisida kimia. Lama kelamaan mengalami sakit paru-paru dan badannya  mulai mengurus.

Dokter menyarankan agar berhenti berhubungan dengan racun kimia. Keadaan inilah yang menyebabkan Prof Higa mengalihkan dan memilih pertanian alami (nature) seperti yang didengung-dengungkan Mokichi Okada sebelumnya.

Pada tahun 1968 Prof Higa mulai melakukan penelitian tentang mikroba yakni mahluk alam yang berada dalam tanah, bersama-sama mahasiswa didikannya. Selama 12 tahun lamanya penelitiannya dilakukan di laboratorium dan menemukan rahasia alam yang sangat mengagumkan, antara lain adanya kekuatan regenerasi yang luar biasa yang dihasilkan oleh berbagai jenis mikroba secara bersinergi.

Simbiosis mutualisme ini justru dilaksanakan oleh kelompok-kelompok mikroba yang berbeda syarat hidupnya, yakni mikroba aerub dengan mikroba anaerub. Siapapun tidak ada yang menyangka mengapa hal ini bisa terjadi.

Disaat sedang berlangsungnya percobaan tahun 1972, barulah ada perintah dari Internationale Federation of Organik Agricultur Movement kepada semua jajaran bawahannya di seluruh dunia, untuk melaksanakan penelitian tentang biologi, ecological, biodinamik, nature dan regeneration.

Prof Higa tahun 1980 merekap hasil-hasil temuannya, begitu juga sekripsi, thesis, desertsi dari mahasiswa yang dibimbingnya. Temuan itu diberi judul Teknologi Effectife Microorganisms (EM), dan untuk pertama kali diperkenalkan di depan para peneliti Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Sejak itu muncul report dan recomendasi bahwa Teknologi EM agar diterapkan di seluruh dunia.

Organik/Alami

Ternyata rakyat di negeri Sakura itu sangat peduli dengan lingkungan sampai-sampai ada istilah Kyusei yang berarti menjaga keselamatan dunia. Dalam bidang pertanian disebut Kyusei Natur Farming. Disana ada moto yang berbunyi ”Tidak seorangpun dapat berbuat lebih baik dari pada apa yang telah dirancang oleh alam”.

Apabila ada temuan baru yang tidak sesuai dengan hukum alam, cepat atau lambat akan mendatangkan kerugian di tempat lain, dan kerugian itu lebih besar dari yang diperoleh sebelumnya.

Orang yang secara ekonomi mempunyai kemampuan cukup, tidak segan –segan  menyumbang tandon air, EM, molase kepada perkumpulan ibu-ibu (PKK) yang digunakan untuk membuat EM aktif dan seterusnya didistribusikan kepada rumah tangga sekitarnya.

Selanjutnya EM aktif ini dipergunakan untuk ngepel, nyemprot dinding dapur, mencuci pakaian, piring, dituangkan di kamar mandi, kloset, got, pot bunga dan lain-lain.Dampaknya lingkugan menjadi lestari, sehat dan tanpa bau busuk, lalatpun berangsur-angsur sirna. Di bidang pertanian mereka mempergunakannya untuk membuat pupuk, pestisida ZPT/PPC yang serba nabati.

Perkembangan EM.Ingatlah bahwa periode risetnya Prof. Higa dari 1968 sampai dengan 1980. Yang terbentuk pertama kali adalah  ”Internationale Nature Farming Research Centre” disingkat INFRC yang berkadudukan di Atami Jepang. Pendirian lembaga ini dilakukan pada tahun 1982.

Karena teknologi ini dapat dipergunakan di semua aspek kehidupan seperti pertanian, peternakan, perikanan, industri, lingkungan dan kesehatan, para ahlinya membagi diri menjadi enam bidang yang disebut EM Research Organization disingkat EMRO, masing-masing bidang melaksanakan riset sandiri-sandiri, hasil-hasilnya disampaikan pada seminar EM internasional

Untuk wilayah Asia Pasifik berdiri APNAN berkedudukan di Saraburi-Bangkok. Pada saat itu Gede Ngurah Wididana yang akrab disapa Pak Oles sedang kuliah di University of The Ryukyus Okinawa, Jepang ikut datang ke Bangkok dan mendaftarkan Indonesia masuk anggota APNAN yang ke 15. Tahun 1990 Pak Oles mendirikan yayasan “Indonesia Kyusei Nature Farming Sosiety” kemudian dirubah menjadi Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA), yang didukung oleh INFRC, EMRO, APNAN, dan Yayasan BUMI LETARI yang ada di Departemen Pertanian. IPSA diresmikan oleh Bupati Buleleng Ketut Wirata Sindhu (alm)  pada tahun 1997.

Setelah itu hampir semua anggota, mendirikan lembaga penelitian, pendidikan dan pengembangan antara lain: Sout AmercaNature Agriculture Network (SANAN) tahun 1991, yang berkedudukan di Brazil, Nort America Nature Agriculture Network (NANAN) di Kanada, Nature Farming and Development Fondation (NFDF) di California, Centre for Developmen Studies (CDS) di India, Rubber Researh Institut di Malaysia dan lain-lain yang  ahirnya mendunia.

*)Staf Ahli PT Songgolangit Persada dan Instruktur EM4 Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali. (Bersambung).https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini