Oleh: Ketut Sutika
Aktivitas dalam bidang pertanian sejak umat manusia mulai belajar menanam dan kehidupannya sangat tergantung dari ketersediaan pangan melalui usaha bertani.
Budidaya pertanian itu terus dilakukan secara terus menerus, bahkan usaha industri pangan, obat, kayu, karet, menggenjot produksi bahan bakunya dengan pertanian, perkebunan modern, menggunakan pestisida dan pupuk kimia.
Petani modern juga memaksimalkan produksi dengan tujuan memperoleh keuntungan, ketersediaan pangan dan bahan baku industri pangan.
“Selama kurun waktu 50 tahun, sejak 1950, penggunaan pupuk dan pestisida kimia menunjukkan dampak terhadap lingkungan, tanah, air dan udara menjadi tercemaran yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia berupa penyakit kanker, menurunnya imun tubuh dan penyakit degeneratif lainnya,” tutur Direktur Utama PT Songgolangit Persada, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr yang juga pakar dan pelopor pertanian organik di Indonesia.
Alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa Jepang, itu sejak dini telah memprediksi akan terjadi krisis energi dan lingkungan yang kurang bagus akan berpengaruh terhadap produksi pertanian, sehingga pangan yang menjadi kebutuhan umat manusia menjadi semakin langka dan nilainya mahal.
Guna mengurangi dampak kimia terhadap kerusakan lingkungan, manusia mengusahakan pengurangan penggunaan pupuk dan pestisida kimia, dengan teknologi pertanian organik, yakni menggunakan lebih banyak bahan organik, pupuk organik, dan probiotik (mikroorganisme yang menguntungkan tanaman).
Penelitian probiotik mengalami perkembangan pesat sejak tahun 1990, bahkan mulai tahun 2000 mendapat suatu keyakinan dari ahli dan praktisi pertanian, bahwa probiotik dan bahan organik sangat penting untuk mengembalikan kekuatan biologis tanah, tanah menjadi sehat, subur dan produktif, walau penggunaan pupuk kimia dikurangi sampai 50%, bahkan dalam kondisi pertanian organik murni.
Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar bidang hortikultura University of The Ryukyus, Okinawa, Jepang tahun 1980 menemukan formula Effective Microorganisms (EM) untuk menyuburkan tanah.
EM bekerja dengan memfermentasi bahan organik yang ada, diberikan ke dalam tanah, sehingga lahan peranian dan perkebunan menjadi subur.
Mikroorganisme EM juga mampu meningkatkan populasi mikroorganisme lokal yang menguntungkan lainnya di dalam tanah.
Dengan cara kerja tersebut, tanah menjadi lebih gembur, lebih subur, lebih dalam perakaran tanamannya. Secara biologis, tanah yang diberikan EM akan memiliki kekuatan untuk menekan perkembangan penyakit tanaman (dissease suppresive soil) dan tanah bisa menyediakan senyawa organik fermentasi (zymogenic soil) untuk akar tanaman.
Cara kerja EM dalam tanah tersebut mampu mengembalikan kekuatan (power) tanah secara biologis dengan teknologi pertanian organik, sehingga tanah menjadi sehat dan tanamanpun tumbuh menjadi subur dan hasil panen yang malimpah.
Bertani Kembali ke Alam
Sementara seorang petani di Garut, Jawa Barat, Adri Susilo yang sudah puluhan tahun berpengalaman menggunakan pupuk hayati EM4 mengaku, untuk memperbaiki struktur tanah akibat penggunaan pupuk dan festisida kimia secara terus menerus dalam jangka waktu panjang, sebaiknya kembali ke alam menggunakan pupuk organik, tanpa sentuhan zat kimia.
“Kami bersama seluruh anggota kelompok Tani Jati Emas, Desa Jati, Kecamatan Tarogong Kaler, Garut sepakat menggunakan pupuk organik kembali ke alam untuk menggarap tanah pertanian, mengembangkan peternakan dan perikanan secara ramah lingkungan,” tutur Andi Susilo (38 tahun) yang juga ketua kelompok tani tersebut.
Ratusan bahkan hampir semua petani setempat dulu menggunakan aplikasi pupuk kimia tidak secara teratur karena ingin memperoleh hasil pertanian yang maksimal, sehingga menggunakan pupuk kimia sebanyak mungkin.
Panen pertama hasilnya memang banyak, namun panen berikutnya produksi merosot menyusul panen-panen selanjutnya sangat sedikit bahkan gagal akibat rusaknya kondisi tanah karena penggunaan pupuk kimia, tutur Andri Susilo saat menerima kunjungan tim youtube EM Indonesia offiseal, baru-baru ini.
Untuk itu semua anggota kelompok Tani Jati Emas sepakat kembali ke alam dengan menggunakan pupuk organik untuk pertanian padi maupun tanaman hortikultura dengan menggunakan EM yakni teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Seluruh anggota kelompok tani yang menggarap lahan pertanian cukup luas, termasuk melakukan budidaya ikan nila, karper, lele dan ternak sapi, domba menggunakan sentuhan teknologi EM.
Seluruh anggota kelompok setiap bulan mengadakan pertemuan silaturahmi dengan tempat yang berpindah-pindah bisa di balai kelompok tani maupun di rumah salah seorang petani untuk tukar menukar informasi dalam penggunaan aplikasi EM untuk pertanian, perikanan dan peternakan.
Aplikasi EM
Andri Susilo menjelaskan dari hasil pertemuan tukar menukar informasi dan praktek langsung di lapangan seluruh anggota kelompok tani Jati Emas sudah mampu membuat pupuk organik padat maupun pupuk organik cair (POC).
Membuat pupuk organik padat dari bahan limbah organik, kotoran sapi, domba, EM4, molase, air gula merah yang sudah dicairkan dan dedak halus yang semuanya dicampur dalam satu tempat tertutup.
Bahan-bahan yang diperlukan pupuk kandang 50-100 kg, dedak halus 10 kg, dedak kasar 20 kg, EM4 1 liter, air, mulase campuran gula dicairkan, 1 kg gula semuanya dicampur dalam wadah tertutup selama dua minggu.
Selama kurun waktu 14 hari itu perkembangnya terus dipantau, jika suhu udara sudah dingin dalam bokashi berarti pupuk organik sudah jadi dan siap diaplikasikan ke tanaman.
Fermentasi pupuk organik tersebut dapat dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan tanaman padi maupun tanaman hortikultura, tutur Andri Susilo.
Sedangkan untuk pembuatan pupuk organik cair (POC) biasa menggunakan drum berkapasitas 200 liter dengan bahan-bahan kotoran domba 1 karung, EM4 1 liter, gula 1 kg, bisa mengambil dari tambahan buat asam aminonya dari keong atau bangkai ikan terus campur , aduk setiap hari selama 2-3 minggu.
Kalau tidak diaduk drum tempat pembuatan POC itu dikhawatirkan bisa meledak , karena ada tekanan udara dari pembuatan POC itu, kalau sudah tiga minggu siap aplikasi untuk tanaman lewat dicocor, disemprot sehingga tanaman daunnya menjadi hijau.
Untuk kembali ke pertanian organik dengan sentuhan teknologi EM cukup mudah dan murah, karena harga EM sangat terjangkau dan tersedia hingga ke pelosok pedesaan di seluruh nusantara.
Kembali ke pertanian organik dengan menggunakan teknologi EM sangat menguntungkan, dibandingkan sekarang pupuk kimia harganya semakin melambung dan berpluktuasi di pasaran.
Oleh sebab itu petani, peternak, serta pembudidaya ikan dan tambak udang lebih baik kembali ke organik agar mendapat keuntungan dari analisa usahanya.
“Saya menyarankan seluruh petani dan masyarakat umum lebih bijak dan sayang lagi dengan tanah pertanian, perkebunan terhadap penggunaan pupuk kimia, mungkin kalau jangka pendek benar terasa manfaatnya, tapi kalau kaji lebih dalam lagi , justru bukan keuntungan yang didapat , tapi kerusakan tanah menjadi tandus dan kering.
Oleh sebab itu lebih bijaklah menggunakan pupuk kimia, alangkah baiknya kembali lagi ke pertanian organik dengan sentuhan teknologi EM,” harap Andri Susilo.
Padi Tumbuh Subur
Sementara Staf Ahli PT Songolangit persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa menambahkan, tanaman padi di lahan sawah yang dirawat dan dipelihara dengan menggunakan pupuk organik bokashi menjadi tumbuh subur dan mengalami panen pada saat tanaman padi daun benderanya masih hijau, berbeda dengan tanaman padi yang dipupuk zat kimia saat dipanen daun-daunnya sudah mengering.
Dengan pertanian organik berbasis teknologi EM4, butir-butir gabah lebih mentes. Sentuhan teknologi EM mampu merubah lahan-lahan pertanian yang kurus dan penyakitan menjadi lahan subur yang zymogenic. Dengan teknologi EM, semakin lama lahan pertanian akan menjadi semakin baik dan subur.
Hal itu sangat berbeda dengan teknologi kimia yang menyebabkan lahan pertanian semakin lama semakin keras, semakin tipis, dan semakin kurus serta produktivitas tanah yang terus menurun.
Teknologi EM dapat menggantikan semua produk industri kimia pertanian yang bersifat polutif dengan biaya murah. Tutur Gusti Ketut Riksa. linktr.ee/pakolescom#EM4