Staf ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gustri Ketut Riksa menegaskan, tanpa bahan organik peningkatan produksi pertanian dengan teknologi kimia tidak akan berhasil, karena yang diberikan kepada tanah dan tanaman hanya sebagian kecil dari jenis nutrisi yang diperlukan untuk hidup sehat.
“Bahkan sebelum tahun 1935, Mokichi Okada, cikal bakal pertanian organik di Jepang telah mengingatkan umat manusia tentang bahaya bahan kimia di sektor pertanian,” kata I Gusti ketut Riksa yang juga instruktur Effective Microorganisms (EM) pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali.
Untuk itu Guru Besar Bidang Hortikultura University of The Ryukyus Okinawa, Jepang tahun 1968 mulai mengadakan penelitian tentang mikroorganisme. Upaya penelitian tersebut dibantu para mahasiswa yang sedang kuliah di perguruan tinggi tersebut.
Banyak , tesis maupun desertasi bertemakan mikroorganisme di universitas ternama di negeri Sakura itu. Sekitar tahun 1972, The Internationale Federation of Organic Agriculturne Movement (IFOAM) memerintahkan kepada semua jajaran di seluruh dunia untuk melakukan penelitian, melengkapi hasil-hasil penelitian tentang biological, ecological, bio-dynamic, nature dan regeneration.
Gusti Ketut Riksa menjelaskan Prof Teruo Higa tahun 1980 merekapitulasi hasil penelitian yang dilakukan selama 12 tahun di laboratorium dan kaji terap di lapangan selama dua tahun. Semua penelitian tersebut akhirnya diperkenalkan Prof Teruo Higa di depan para peneliti dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) dengan judul Pertanian Effective Microorganisme (EM).
Pasca temu ilmiah Prof Teruo Higa dengan USDA, keluar sebuah “Report and Recobmendation” yang mengarah ke hal yang positif. Temuan Prof Teruo Higa tentang EM sebagai sebuah teknologi yang bisa mengarah dan menunjuk pada berbagai dampak positif.
Upaya dan kerja keas Prof Teruo Higa berbuah cukup manis karena “Report and Recommendation” USDA memberi lampu hijau kepada seluruh dunia untuk menggunakan EM.
Hingga kini ratusan negara di belahan dunia, termasuk Indonesia telah menerapkan teknologi EM dan di Indonesia EM4 di produksi dan dipasarkan oleh PT Songgolangit Persada, agen tunggal yang satu-satunya mendapat disensi dari Effective Microorganisms Research Organization (EMRO) Jepang, tutur Gusti Ketut Riksa.