Oleh: Mas Ruscitadewi*)
Kita terbiasa bersama penjilat, pendusta, pencuri, pengkhianat dan penjahat. Awalnya kita protes dalam sikap, kata maupun pikiran. Kata sulit mengubah prilaku dan pikiran kita sendiri, apalagi orang lain dan kebiasaan orang lain.
Kita mengetahui jilatan, dusta, pencurian, pengkhianatan dan kejahatan orang lain, karena dilakukan berulang-ulang. Yang dilakukan berulang-ulang walaupun dalam bentuk dan cara berbeda akan menjadi kebiasaan.
Kebiasan pelaku yang tidak biasa, akan membuatnya terbisa, juga akan membuat kita merasa terbiasa.
Kebiasaan seseorang akan mempengaruhi orang lain. Jangan sampai karena merasa terbiasa mendengar dan melihat, kita mengganggap penjilatan, pendustaan, pencurian, pengkhianatan dan kejahatan sebagai hal biasa.
Mengganggap penjilatan, pendustaan, pencurian, pengkhianatan dan kejahatan yang dilakukan seseorang pada orang lain dengan pandangan biasa-biasa saja, secara tak sadar akan menjadi orientasi yang memungkinkan kita melakukan hal yang sama dalam situasi dan kondisi yang tidak biasa.
Jika kita bisa bersikap biasa ketika mengetahui, menjadi terbiasa dan bisa memahami penjilat, pendusta, pencuri, pengkhianat dan penjahat, maka janganlah menganggapnya biasa-biasa saja. Salam
*) Adalah Sastrawan dan Alumnus Program Pasca Sarjana (S-3) Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar