Pembangunan Peternakan Tingkatkan Nilai Ekspor

0
123
Dr. Sabir, S.Pt, M.Si, Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu, Malang, Jawa Timur.

Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu, Malang, Jawa Timur, Dr. Sabir, S.Pt, M.Si menegaskan, pembangunan sektor peternakan dengan sasaran mampu memenuhi kebutuhan daging (pangan) bagi masyarakat Indonesia sebanyak 273 juta jiwa.

“Upaya peternakan, terutama ternak besar seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan jenis ternak lainnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan nilai ekspor daging,” kata Dr. Sabir pada acara pembukaan webinar mengusung tema “Pakan Ternak Alternatif dengan Teknologi Fermentasi” digelar PT Songgolangit Persada (SLP) agen tungggal di Indonesia yang mendapat lisensi Effective Microorganisms Research Organization (EMRO) Jepang, Selasa.

Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu, Malang wilayah kerjanya meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur hingga Provinsi Papua sangat mendukung upaya yang dilakukan PT SLP menggelar webinar yang menampilkan dua pembicara.

Kedua pembicara terdiri atas Ir. Nanung Danar Dono, Ph.D IPM. ASEAN ENG, Dosen Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan Direktur Utama PT SLP. Ir. H. Agus Urson Hadi Pramono, melibatkan 169 peserta lintas provinsi di Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Pembangunan sektor peternakan didukung teknologi, kebijakan pemerintah dan sumber daya alam yang sangat potensial. Produksi daging di Indonesia dapat diwujudkan, jika usaha peternak memberikan hasil yang maksimal.

Pembangunan sektor peternakan dapat dikelola secara efisen, didukung dengan menerapkan teknologi modern. Dalam webinar kali ini berkaitan dengan pakan ternak alternatif sentuhan teknologi EM, produksi PT Songgolangit Persada.

Dr. Sabir menambahkan, EM teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan itu menyangkut tiga faktor yang dominan yakni pemuliaan bibit unggul, pakan ternak yang memenuhi standar dan pengelolaan usaha peternakan.

Biaya operasional usaha peternakan paling besar yakni 40 persen diserap untuk biaya pakan. Dengan adanya pakan ternak alternatif sentuhan teknologi EM diharapkan biaya untuk pakan ternak dapat ditekan, namun kualitas pakan ternak tetap bermutu.

Dengan demikian ternak piharaan tetap mampu berproduksi maksimal sesuai standar, sehingga ketersediaan daging (pangan) di Indonesia tetap terjamin.

Dalam memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat Indonesia, di beberapa daerah memang memerlukan sentuhan teknologi ferementasi, terutama pada musim kering (Paceklik).

Dengan pakan ternak alternatif sentuhan teknologi EM untuk melakukan fermentasi pakan ternak, kesulitan yang dihadapi beberapa daerah di Indonesia itu akan dapat dituntaskan, ujar Dr. Sabir.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini