Direktur Utama PT Songgolangit Persada, Dr.Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr menegaskan, pembangunan pertanian perkotaan (urban farming) salah satu tujuan utamanya mampu mewujudkan ketahanan pangan secara berjenjang mulai dari kehidupan tingkat rumah tangga, masyarakat lingkungan, kelurahan, kota/kabupaten provinsi hingga seluruh wilayah negara tersebut.
“Ciri ketahanan pangan suatu negara yakni setiap kelurga memiliki persediaan beras, minyak goreng, bumbu-bumbuan, tersedianya bahan makanan secara berkesinambungan dengan harga yang terjangkau, masyarakat memiliki makanan yang sehat dan bergizi,” kata Dr. Widi ketika memberikan kuliah kepada mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Nasional (Unas) Jakarta yang dipandu Ir, Inkorena GS Sukartono, M.Agr, Rabu (12/10).
Dr. Widi yang juga Akademisi Universitas Nasional Jakarta mengungkapkan hal itu dalam kertas kerja berjudul “Pembangunan Pertanian Perkotaan Mewujudkan Kemandirian Pangan dan Kehidupan yang sejuk” secara online “ merupakan yang ketiga kalinya dari lima kali pertemuan yang dijadwalkan, termasuk dua kali pertemuan secara langsung (ofline) kepada mahasiswa di ruang kuliah Unas Jakarta.
Alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa Jepang menjelaskan, pembangunan pertanian perkotaan sebagai aksi sosial yang dilakukan di masing-masing rumah tangga dengan lahan yang sangat terbatas dapat menggunakan media pot atau menyiasari atap rumah (rooftop) untuk menanam sayur, cabai, tomat dan kebutuhan dapur sehari-hari lainnya.
Upaya pertanian di lahan sempit yang harus digeluti secara berkesinambungan itu sangat besar manfaatnya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama di saat-saat yang mendesak atau harga cabai yang melambung tinggi. Ketersediaan pangan dalam sebuah keluarga erat kaitan dengan lapangan kerja yang ada agar bisa membeli atau memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Demikian pula ketahanan pangan sebuah negara sangat tergantung dari kemampuan membangun bidang pertanian untuk menghasilkan bahan pangan. Negara tidak akan mengekspor berasnya jika terjadi paceklik. Dengan adanya gerakan sosial dimasing-masing keluarga mengembangkan pertanian perkotaan tentu akan sangat membantu kondisi darurat tersebut.
“Pemerintah tentu juga melakukan upaya dengan negara lain untuk saling barter komoditas pangan dalam memenuhi kebutuhan masing-masing negara, seperti jagung ditukar dengan minyak goreng maupun kebutuhan lainnya, sehingga ketahanan pangan dari masing-masing negara tersebut dapat diwujudkan,” ujar Dr. Widi yang akrab disapa Pak Oles, sekaligus pelopor pertanian organik karena memproduksi pupuk hayati Effective Microorganisms4 (EM4) yang merupakan agen tunggal di Indonesia yang mendapat lisensi dari Effective Microorganisms Research Organization (EMRO) Jepang.
Sebuah negara yang sedang menghadapi perang ketersediaan pangannya sangat terbatas sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakatnya, sehingga kehidupan masyarakat menjadi miskin tidak mampu mendapatkan pelayanan kesehatan, sekolah dan kebutuhan lainnya.
Namun berkat adanya upaya kesadaran seluruh masyarakat melaksanakan pembangunan pertanian perkotaan, kondisi yang kritis seperti itu, masyarakat dapat membantu dirinya masing-msing. Ketahanan pangan dapat dipertahankan, masyarakat memiliki persediaan makanan yang sehat dan bergiizi, ujar Dr. Widi.https://linktr.ee/em4 #EM4