Membuat pupuk bokashi dengan sentuhan teknologi Effective Microorganisms (EM4) dapat dilakukan petani dan masyarakat dengan mudah, murah dan cepat, bahkan langsung bisa dilakukan di lahan sawah setelah panen.
“Babad jerami sampai di pangkalnya, tambahkan lagi dengan serasah lainnya seperti rabasan rerumputan, sampah organik, serbuk kayu sisa gergajian, sekam padi, kotoran hewan dan lain-lain,” kata Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa.
Ia menjelaskan, bahan limbah organik tersebut ditumpuk bercampur, taburi dengan sedikit dedak lalu siram dengan EM yang telah diencerkan dengan 10 CC EM akif per liter air, kelembaban sekitar 35 persen- 40 persen lalu seluruhnya ditutup dengan terpal.
Fermentasi maksimal selama dua minggu, semua bahan organik akan menjadi pupuk bokashi yang siap ditaburkan di lahan-lahan persawahan. Setelah penaburan bokashi baru lahan dibajak, digaru seperti biasanya.
Gusti Ketut Riksa menjelaskan, taburkan bokashi dua ton per hektar secara merata selanjutnya genangi lahan sawah dengn air irigasi dan ditambah dengan 100 liter EM aktif (yang berasal dari 5 liter EM asli).
Biarkan genangan air itu selama tiga minggu, agar semua bahan organik menjadi lumat, setelah itu baru dibajak seperti yang biasa dilakukan sehingga bahan organik bercampur dengan lahan olah.
Setelah itu dapat dilakukan proses penanaman padi, menyusul beberapa hari kemudian tuangkan Bokashi cair. Bokashi cair adalah pupuk cair yang dibuat dari kotoran hewan yang diencerkan dengan air selanjutnya difermentasi dengan EM aktif.
Disiramkan pada lahan sawah yang telah ditanami padi dan digenangi air irigasi. Penuangan bokashi cair dapat mempercepat menyuburkan sawah sehingga tanaman padi tumbuh subur.
Tanaman padi menggunakan pupuk organik bokashi mengalami panen pada saat tanaman padi daun benderanya masih hijau, berbeda dengan tanaman padi yang dipupuk zat kimia saat padi dipanen daun-daunnya sudah mengering, ujar Gusti Riksa. . linktr.ee/em