Oleh: Ir. I Gusti Ketut Riksa *)
Dunia kedokteran dewasa ini telah mengenal 3.000-5.000 jenis enzim bahkan lebih, masing-masing enzim bekerja dalam tubuh manusia, antar enzim tak saling bertukar fungsi.
Fungsi enzim itu antara lain mengurai gizi dalam lambung, mencerna makanan, memecah protein mengatur pernafasan, metabolisme, mengatur pembuangan, detoksifikasi, katalisator reaksi kimia dan lain-lain. Karena fungsinya sangat vital, enzim dapat dikatakan sebagai sumber kehidupan.
Kekurangan enzim membuat badan stres, merusak kerja usus, menyebabkan kegemukan, serta penuaan kulit secara dini. Hal ini tidak dapat dicukupi dengan pemilihan makanan yang tidak alami seperti junkfood, penyedap buatan, penngawet, pewarna yang serba kimiawi.
Betapapun asupan gizi melalui makanan apabila tanpa enzim, tidak mampu memelihara energi kerja yang dilakukan oleh enzim. Kita sebenarnya belum mengetahui apa yang sebenarnya menjadi “akar daya hidup” yang mendukung kehidupan itu sendiri.
Konsep memberantas kuman dengan menggunakan antibiotika pada ahirnya sama saja sedang membiakkan “bakteri super” yang tidak bisa kita lawan. Demikian juga tentag virus, sangat cepat bermutasi menjadi strain-starain baru, dengan kemampuan yang baru untuk menyerang manusia. Oleh sebab itu vaksinasi bukanlah merupakan salah satu cara yang paling telak.
Oleh karena itu apa saja jalan keluarnya? Jawabannya adalah peningkatan kekebalan. Salah satu ahli gastroenreralogi (Hirromi Shinya.MD) mengatakan bahwa untuk dapat meningkatkan kekebalan, dapat dilakukan dengan memperbayak enzim dalam tubuh, melalui cara mengkonsumsi makanan yang telah difermentasi.
Istilah fermentasi semakin lama semakin tenar, baik dipertanian maupun dibidang kedokteran. Kita dapat memfermentasi bahan pangan dengan EM bahkan dapat memupuk tanaman dengan bahan organik yang telah difermantasi dengan EM.
Bahan pangan yang dihasilkan melalui pupuk organik EM pastilah sangat kaya dengan enzim. Mikroba EM pertama kali dikenalkan oleh Prof. DR. Teruo Higa yang dikenal dengan teknologi EM 1
Di Indonesia dikenal dengan nama EM 4 yang berisikan lebih dari 80 spesies mikroba fermentasi, masing masing menghasikan enzim, dengan demikian baik mikroba maupun hasil fermentasinya akan banyak mengandung enzim yang dapat menambah kekebalan.
Selain itu juga dikenal juga istilah “folower” Yang disebutkan terahir ini akan mengikuti karakter dari mokroba yang populasinya dominan di dalam tanah. Bila bakteri baik bertambah banyak, bakteri netral dan bakteri folower akan mengikutinya sehingga bakteri baik secara total akan meningkat jumlahnya.
Oleh sebab itu agar kita semua mengarah pada makanan fermentasi seperti tahu, tempe, taoco, kecap, yakul, yogurt terasi, ikan yang telah difermentasi dengan garam yang menjadi ikan asin, semua bahan pangan itu adalah makanan fermentasi yang banyak mengandung enzim. https://linktr.ee/em4 #EM4
*) Staf Ahli PT Songgolangit Persada.