Gusti Nyoman Sila (52) seorang petani di Dusun Kartiasa, Desa Pegadungan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng sukses mengembangkan berbagai jenis varian tanaman talas (keladi) diantaranya, Talas Pratama 2 Berlian, Talas Gambir, Talas Bogor, Talas Udang, Talas Ketan, Talas Jepang dan Talas Togog Kuning.
Suami dari Jro Rukmini (52) mengatakan, mengembangkan tanaman talas tersebut di atas lahan seluas 76 are sejak tahun 2020 atau dua silam. “Saya tertarik membudidayakan talas jenis ini karena dari segi perawatan tidak terlalu sulit, tahan penyakit dan tidak terlalu boros dengan air. Hasil dari umbi keladi tersebut sangat menjanjikan,” ujar ayah dua putra-putri itu.
Gusti Sila yang pernah menjadi seorang marketing buku pelajaran sekolah sejak tahun 1989 sampai 2014 ini menambahkan, membudidayakan tanaman talas secara organik dengan membuat pupuk organik sendiri dari bahan kotoran ternak sapi yang dicampur dengan serasah dari limbah sawah difermentasi dengan produk EM4.
“Budidaya secara organik memang lebih menguntungkan, dimana pertumbuhan tanaman keladi cukup bagus, umbi yang dihasilkan cukup besar, tidak berserat serta keladi yang habis dipanen bisa disimpan hingga satu bulan, kalau menggunakan non organik hanya bisa bertahan seminggu,” jelas bapak yang anak pertamanya kini bekerja di Rumah Sakit Kertha Usada Singaraja.
Pasca panen umbi keladi Gusti Sila tidak pernah sulit dalam pemasaran, selalu habis di lahan tidak sampai dijual ke pasar, karena sudah ada pelanggan tetap. Dimana dalam satu pohon keladi yang dipanen pada usia maksimal 10 bulan bisa menghasilkan berat hingga 7-8 kg. Dan per satu kilogram mencapai harga Rp. 15.000.
Untuk bibit tanaman keladi, awalnya Gusti Sila mendatangkan dari daerah Bogor, Jawa Barat. Dan kini semakin berkembang, karena setiap pohon keladi yang berusia 5 bulan sudah bisa mengeluarkan sejumlah tunas yang bisa dijadikan bibit.
Kesuksesan Gusti Sila menghasilkan cuan dari umbi keladi menarik minat petani sekitar untuk mengikuti jejaknya. Terbukti saat ini sudah ada sekitar 50 orang petani yang menanam keladi dan mengambil bibit dari Gusti Sila.
“Saya selalu berbagi cara budidaya tanaman keladi kepada petani sekitar agar bisa mendapatkan nilai tambah. Tanaman keladi juga bisa ditanam secara tumpang sari di selah-selah tanaman cengkeh atau kopi yang ada di kebun, merawat juga mudah,” jelasnya. Bibit keladi yang dihasilkan Gusti Sila dijual Rp.2.500 per pohon. Dan dalam waktu 5 bulan petani sudah menghasilkan bibit sendiri.
Gusti Sila juga sedang melakukan program untuk membuat komunitas menjadi wadah bagi petani keladi dalam pembinaan baik dari segi budidaya, pasar dan harga. “Juga berharap kedepannya hasil budidaya keladi tidak hanya di Bali saja namun bisa sampai ke Lombok, Kupang, Jawa dan daerah lainnya,” jelasnya. https://linktr.ee/em4indonesia #EM4