Meskipun tidak mempunyai latarbelakang sebagai seorang petani andal, namun sosok Wayan Manuh (60 tahun), pria kelahiran Desa Kutuh, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung sukses mengembangkan kebun melon organik dengan teknologi Effective Microorganisme (EM4).
“Tanaman melon seluas 5 are (500 meter persegi) yang dikembangkan kali ini merupakan tanaman yang kedua kali khusus organik, sebelumnya sukses mengembangkan melon di atas hamparan seluas 10 are,” tutur Wayan Manuh yang sebelumnya bergerak dalam bidang pariwisata yakni mengelola rumah penginapan (home stay).
Ayah dari dua putra-putri itu saat mengikuti dialog dengan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPR) RI Mangku Pastika di Waribang Bokashi Farm Keseiman Denpasar mengaku, tanaman melon yang dikembangkan kali ini baru berumur dua bulan, namun sudah mulai belajar berbuah, biasanya dalam waktu tiga bulan buahnya sudah bisa dipanen.
Tanaman melon yang dipelihara secara intensif menggunakan pupuk organik padat Bokashi Kotaku dan EM4 dalam setiap pohonnya hanya dikasi berbuah satu biji dengan berat rata-rata 2-3 kilogram.
Suami dari Ni Ketut Suartati itu pada kebun seluas 5 are itu menanam melon sebanyak 500 pohon dengan ukuran 60 kali 60 sentimeter, semua tanah ditutup menggunakan mulsa, kecuali di bagian lubang untuk menanam pohon melon.
Dengan demikian rumput dan tanaman liar lainya tidak mengganggu tanaman melon yang ditaman secara apik dan rapi, dengan menggunakan pengairan hemat sistem inpus.
Wayan Manuh yang putra sulungnya bernama Fon Dwi Putra sedang menyelesaikan pendidikan di Jepang itu mengembangkan tanaman melon organik antara lain jenis melon golden alisha, rock melon, honeydou, dan cantaulopy.
Semua bibit melon tesebut diperoleh dengan cara membeli melalui toko online dan dari sejumlah teman-temannya. Berkat perawatan intensif menggunakan pupuk organik padat maupun EM4 tanaman melon tumbuh subur, bentuknya besar-besar rasanya manis dan nikmat. . https://linktr.ee/em4indonesia #EM4