Pemerintah, kalangan perguruan tinggi, masyarakat dan semua pihak mulai aktif menangani masalah sampah yang produksinya semakin meningkat, sehingga diperlukanya teknologi tepat guna seperti Effektive Microorganisme (EM).
“Teknologi EM diperlukan untuk mengatasi masalah sampah, karena EM mengandung organisme fermentasi dan sintetik yang terdiri atas bakteri Asam Laktat (Lactobacillus Sp), bakteri Fotosintetik (Rhodopseudomonas Sp), Actinomycetes Sp, Streptomyces S, Yeast (ragi) dan Jamur pengurai selulose,” kata Direktur Utama PT. Songgolangit Persada, Dr, Ir, Gede Ngurah Wididana, M.Agr pada Webinar mengusung tema “Mengolah Sampah Dengan Teknologi Ramah Lingkungan, Ciptakan Lingkungan Asri, Bersih dan Alami” yang dipandu Ketut Jadiasa, S.Sos, instruktur Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali.
Webinar tersebut menampilkan tiga pembicara terdiri atas I Ketut Darmawan, SP.T pengelola tempat pengolahan sampah reduce, reuse, recycle (TPS3R ) Desa Tangkas, Kabupaten Klungkung, dan I Komang Suryawan, aktivis komunitas Edan dan H2C Bali yang pernah meraih penghargaan teknologi tepat guna dari Bupati Badung, Nyoman Giri Prasta, baru-baru ini.
Webinar melibatkan 216 peserta lintas nusantara dari berbagai pelosok daerah di Indonesia. antara lain Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sumatera, Jawa dan Bali itu Gede Ngurah Wididana mengunkapkan, untuk memfermentasi bahan organik menjadi pupuk sekaligus tanah menjadi senyawa organik yang mudah diserap oleh akar tanaman.
Hal itu merupakan keunggulan dari mengolah sampah organik dengan memanfaatkan teknologi EM hasil temuan Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar bidang hortikultura Universiti Ryukyus, Okinawa, Jepang yang telah diterapkan oleh atusan negara di belahan dunia, termasuk Indonesia.
Pengolahn sampah organik menjadi pupuk organik juga disertai dengan strategi dari pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM). dan semua pihak untuk mengurangi sampah plastik yang sudah diterapkan sejak beberapa dulu lalu.
Dengan berbagai upaya tersebut produksi sampah yang jumlahnya terus semakin meningkat dapat diolah menjadi pupuk organik yang mampu meningkatkan kebersihan lingkungan, sekaligus meningkatkan kesuburan lahan dan berbagai jenis tamanan.