Direktur Utama PT. Songgolangit Persada, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr menegaskan, adopsi Teknologi Effective Microorganisms (EM) dari Jepang ke Indonesia tahun 1990 atau 32 tahun yang silam kala itu melawan arus karena di Nusantara lebih mengintensifkan pertanian anorganik.
“Saya waktu itu mendapat instruksi dari Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar bidang hortikultura University Ryukyus Okinawa Jepang penemu teknologi EM, bahwa EM adalah teknologi mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan cocok diterapkan di semua negara di seluruh dunia,” kata Dr. Wididana yang kala itu telah menyelesaikan pendidikan program pascasarjana di Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa Jepang.
Di Indonesia pertanian organik pada saat itu belum begitu dikenal masyarakat luas, sementara pertanian anorganik yang diterapkan secara intensif menghadapi berbagai kendala dan hambatan yakni timbulnya hama penyakit tanaman, kerusakan lingkungan dan ketidak kestabilan produksi.
Pertanian anorganik juga membutuhkan biaya produksi yang semakin meningkat, biaya sektor pertanian menjadi semakin mahal sehingga petani dalam menekuni usaha pertanian itu cenderung mengalami kerugian, kata Gede Ngurah Wididana ketika tampil sebagai pembicara pada webinar mengusung tema “Bertani Murah, Meriah, Hasilnya Berlimpah”.
Ia tampil secara bergantian dengan pembicara lain yakni Rezali Anshar, S.ST, MM, Ounner Youtube Channel Penyuluh Pertanian Lapangan dari Kalimantan Selatan, di hadapan ratusan peserta kalangan milenial dari berbagai daerah di Indonesia yang dipandu moderator Wibhuti Emriko B.SC M.SC.
Sosok pria enerjik kelahiran Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng itu menjelaskan, dengan mengadopsi teknologi EM ke Indonesia mempunyai pilihan untuk mengelola atau mendaur ulang bahan-bahan organik menjadi pupuk organik guna mendukung pengembangan pertanian organik.
Pengalaman menggunakan teknologi EM di Indonesia selama 29 tahun menunjukkan bahwa bahan-bahan organik bisa dengan cepat menjadi pupuk organik melalui proses fermentasi EM4, sedangkan untuk tingkat dunia dikenal dengan EM1.
EM4 di Indonesia diperkenalkan sejak tahun1993 yang dimulai dari proses pengurusan izin, penelitian, pendidikan dan pelatihan bagi petani dan masyarakat umum tentang EM4. Bersamaan dengan itu berdiri PT. Songgolangit Persada yang satu-satunya di Indonesia mendapat lisensi dari Effective Microorganisms Research Organization (EMRO) Jepang untuk memproduksi dan memasarkan EM4 pertanian, EM4 perikanan, EM4 peternakan dan EM4 mengatasi limbah (pencemaran).
Teknologi EM sekarang berkembang sangat pesat, berkat diterimanya oleh masyarakat luas tentang pembangunan dan pengembangan pertanian organik, karena teknologi EM mendukung menyukseskan pelaksanaan pertanian organik.
Indonesia dalam menggunakan teknologi EM sangat multi dimensi karena memiliki wilayah yang sangat luas, sehingga menempati posisi terdepan dalam memanfaatkan pupuk organik ramah lingkungan dibanding negara lainnya. linktr.ee/pakolescom #EM4