Sejumlah desa pekraman (adat) di Bali memiliki tradisi yang unik dan khas dalam merayakan Hari Suci Kuningan, rangkaian dari Hari Raya Galungan yang bermakna memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan).
Perayaan yang digelar setiap 210 hari sekali itu, berakhir dengan tradisi yang khas diwarisi secara turun temurun oleh Warga masyarakat desa adat Bongan Gede, Kabupaten Tabanan yang memiliki tradisi menarik yakni “Mesuryak” atau bergembira ria bersama, sambil menghamburkan uang ke udara, yang bermakna mengantar kembali leluhurnya ke alam nirwana.
Tradisi yang diawali dengan kegiatan ritual di masing-masing keluarga itu merupakan puncak dari perayaan Galungan dan Kuningan dengan cara melempar uang ke udara secara bersamaan, dan di pihak lain berisiap-siang menangkapnya, dan hal itu telah dilakukan secara turun temurun.
Masyarakat setempat percaya ritual “Mesuryak” mampu mengantarkan kelulur yang turun ke bumi Dewata selama sepuluh hari antara Galungan dan Kuningan kembali ke sorga dengan lapang dada, karena melihat keturunannya bergembira, saat melepasnya kembali ke alam sorga.
I Made Subagia (48) sosok pria enerjik kelahiran Banjar Bongan Pala, Kabupaten Tabanan bersama keluarga besar ikut ambil bagian dalam kegiatan ritual mesuryak tersebut dan Kepala Cabang Pemasaran Produk Ramuan Pak Oles untuk wilayah Bali itu secara khusus telah menyiapkan uang kertas berbagai nominal dalam sebuah bokoran.
Dulunya atraksi “Mesuryak” hanya dengan melempar uang kepeng ke udara. Namun seiring dengan perkembangan, di mana uang kepeng semakin sulit diperoleh diganti dengan uang dengan nilai nominal Rp1.000, 2.000, 5.000, 10.000, 20.000, 50.000 bahkan lembaran Rp100.000.
Melempar uang ke udara yang kemudian direbut oleh warga lainnya yang tidak bisa diminta kembali, tergantung dari keikhlasan dan kemampuan dari masing-masing keluarga.
Bahkan ada dari keluarga yang mampu pada tradisi “Mesuryak” itu menghambur-hamburkan uang sampai jutaan rupiah, yang secara otomatis luapan kegembiraan semakin seru, mengundang warga lainnya dari semua umur untuk ikut berebut dalam “hujan uang” itu.
Meskipun demikian tetap mengutamakan keselamatan warga, jangan sampai ada yang terjatuh dan terinjak hingga menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk itu peserta terbatas dari Desa adat Bongan Gede di daerah gudang beras Kabupaten Tabanan, Bali itu terdiri atas sebelas banjar, masing-masing melakukan kegiatan serupa yang pesertanya terbatas dari kalangan keluarga atau ada hubungan kekeluargaan dalam satu banjar tersebut.
Tradisi “Mesuryak” dilakukan di depan pintu masuk rumah tangga keluarga setelah usai melakukan persembahyangan di tempat suci (merajan) rumah tangga masing-masing. Kegiatan itu mulai dari keluarga yang rumahnya paling ujung terus berlanjut secara bergantian hingga berakhir di rumah paling ujung.
Ritual “mesuryak” diwarisi secara turun temurun hingga kini tetap lestari bertepatan dengan Hari Raya Kuningan, yang kali ini jatuh pada hari Sabtu (18/6/22).
Dengan demikian tradisi “mesuryak” selalu mewarnai Hari Raya Kuningan di Banjar Bongan Gede, Kabupaten Tabanan, Bali, sebagai salah satu bentuk persembahan kepada leluhur. Khususnya kalangan anak-anak, selalu menanti tradisi itu karena mereka berkesempatan mendapat uang yang disebar oleh warga.
Sebelum menggelar tradisi itu, seluruh umat Hindu di Banjar Bongan menggelar ritual di rumah masing-masing dan dilanjutkan persembahyangan di pura kahayangan tiga (tiga pura yang ada di desa adat).
Kemudian warga pulang ke rumah masing-masing dengan membawa banten atau sesajen. Setelah itu mereka merayakannya dengan “mesuryak”.Tradisi itu diwarisi secara turun-temurun. Warga banjar (dusun adat) pun bersuka cita merayakannya.linktr.ee/pakolescom