Tanaman ate yang tumbuh secara liar di tegalan atau daerah pegunungan dapat diolah sebagai bahan baku untuk memproduksi berbagai jenis perabot keperluan rumah tangga maupun sebagai hiasan pajangan dekorasi sehingga rumah atau ruang tamu menjadi lebih indah dan menarik.
Ate atau rotan setelah dipotong dari tegalan selanjutnya diproses sedemikian rupa menjadi bagian-bagian kecil dan dikeringkan dengan sinar matahari untuk beberapa minggu lamanya. Bahan baku ate dan rotan yang telah disiapkan itu, dengan sentuhan seni dianyam menjadi berbagai jenis perabot keperluan rumah tangga, cinderamata dan keperluan kegiatan ritual umat Hindu.
Berbagai jenis perabot keperluan rumah tangga yang umumnya untuk hotel dan restoran maupun sebagai matadagangan ekspor mempunyai nilai seni yang harganya bervariasi mulai dari Rp10.000 sampai Rp 4,5 juta per unit, tutur Ni Ayu Sindu Ganggawati dari Nyoman Saba, Handicraft Atte & Semi Rotan dari Banjar Dinas Gumung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali.
Ni Ayu Sindu Ganggawati adalah salah seorang memantu dari perajin ate Nyoman Saba (56) dan istrinya Ni Nyoman Putu (50) mengungkapkan hal itu saat menjaga stand Pameran Industri Kecil Menengah (IKM) Bali Bangkit yang difasilitasi Pemerintah Provinsi Bali di Taman Budaya Denpasar.
Berbagai jenis kerajinan kombinasi ate dan rotan selain dalam bentuk perabot rumah tangga juga alat-alat keperluan untuk menggelar kegiatan ritual seperti sokasi, bokoran, berbagai jenis tas dan jenis cinderamata lainnya.
Pasangan suami-istri Nyoman Saba dan Ni Nyoman Putu menggeluti usaha kerajinan ate dan rotan itu sejak tahun 1990 atau hampir 32 tahun silam. Awalnya semua proses mulai dari mencari bahan baku, kemudian mengolahnya dan mengayam dikerjakannya berdua.
Seiring dengan kemajuan bidang pariwisata di Bali sebelum pandemi Covid-19, Nyoman Saba menampung tujuh tenaga kerja untuk membantu proses penyiapan bahan baku dan mengayam berbagai jenis produk dari bahan baku ate dan rotan.
Produk yang bernilai seni dan ekonomis itu memang memerlukan sentuhan keahlian dan keterampilan untuk mengkombinasikan antara ate dan rotan sehingga produk yang dihasilkan menjadi bagus, bernilai seni menarik perhatian konsumen.
Ni Ayu Ganggawati menuturkan, pemasaran produk handicraft ate dan semi roran itu secara online instagram @lanina.atta.bag cukup diminati konsumen mancanegara sudah sering mengirim produk kepada mitra usaha di Jepang, Amerika dan Thailand.
Berbagai jenis produk dari ate dan rotan itu juga ditampung di sejumlah pasar oleh-oleh di sejumlah tempat di Bali, arshop di berbagai objek wisata dan pasar-pasar tradisional khususnya untuk alat-alat keperluan upacara keagamaan umat Hindu.
“Mudah-mudahan pandemi covid cepat berlalu, pariwisata Bali kembali menggeliat, ekonomi dan daya beli masyarakat mulai bangkit dengan harapan berpengaruh terhadap usaha kerajinan ate dan rotan, harap Ayu Ganggawati. linktr.ee/pakolescom