Oleh: Kadek Brahma Shiro Wididana, SE., MM. *)
Tangan yang di atas lebih mulia dari pada tangan yang di bawah. Artinya, memberi lebih mulia dari pada meminta. Jika kita sering memberi, maka kita akan sering menerima. Hukum alam menyatakan bahwa seseorang ingin mendapatkan sesuatu haruslah dia memberi, menanam, dan merawat apa yang diberikan dan apa yang ditanamkan.
Memberi harus dibarengi dengan rasa iklas, tulus dan sesuai dengan kebutuhan penerima. Secara umum, kita memberikan sesuatu kepada seseorang selalu sarat dibebani sarat dan tuntutan. Dengan maksud tertentu memberi sesuatu untuk mendpatkan sesuatu, bahkan untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah diberikan.
“Gunakanlah biaya serendah mungkin dengan hasil setinggi mungkin”. Karena itu masyarakat modern pola pikirnya menjadi egois, mengecil dan pesimis. Karena hasil yang didapat bersumber dari biaya dalam bentuk uang yang dikeluarkan.
Ingatlah member itu bukan dalam bentuk uang saja, memberi bisa dalam bentuk nasihat, petuah, semangat, kunjungan silaturahmi, kekerabatan, bantuan tenaga, barang-barang daur ulang, pakaian bekas, sembako, tegur sapa, senyum dan keramahan.
Karena hukum memberi pasti menerima. Semakin banyak dan iklas memberi, semakin banyak yang diterima. Jika semakin pelit dan tidak iklas pada saat memberi, akan semakin susah menerima rejeki.
Ibarat ruangan tanpa ventilasi, ruangan menjadi semakin pengap dan panas karena tidak ada pertukaran udara baru. Memberi berarti tidak terikat atau melepaskan ikatan-ikatan rasa memiliki, egoistis dan sifat serakah atas kebendaan atau dunia materialis yang menyelimuti kita setiap saat.
Karena itu, jika kita terbiasa memberi dengan iklas dan tulus, kita menjadi lebih bijaksana menghadapi hidup ini. Bekerja lebih tekun dan giat tanpa terikat oleh hasil yang harus baik atau harus untung. Karena tidak mungkin kita mencapai suatu hal yang baik dan untung saja tanpa diikuti hal-hal yang berlawanan karena hukum memberi adalah mendapatkan.
Kita akan mendapatkan apa yang kita beri. Kita mendapatkan sesuatu bukan hanya dari orang yang kita berikan, tetapi dari segala penjuru dan kemungkinan yang tidak kita pahami. Arus balik dari kekuatan memberi untuk menerima menjadi semakin kuat dari segala penjuru.
Inilah kekuatan memberi yang harus dipahami. Benih baik yang ditanam, baik pula hasilnya. Benih buruk yang ditanam buruk pula hasilnya. Jika kita telah memahami hukum memberi, kenapa kita takut memberi dengan rasa tulus dan iklas.
*) Staf Ahli Pemasaran PT Karya Pak Oles Tokcer