Oleh: Kadek Brahma Shiro Wididana, SE., MM. *)
Tidak dapat dipungkiri bahwa dunia ini adalah panggung sandiwara, seperti lirikan lagu yang pernah dinyanyikan artis Nike Ardilla (almarhum). Hal seperti itu sering didengungkan oleh para seniman dan sudah sangat tidak asing lagi ditelinga kita.
Tetapi diantara kita sangat jarang atau sangat sedikit yang menyadari bahwa kita juga pemain sandiwara yang penuh dengan kepura-puraan. Apakah kita melakukan secara sadar atau tidak?
Ini kembali pada faktor setiap individu. Kita sangat enteng mengatakan faktor sandiwara. Contoh-contoh seperti ini sering kita lihat dalam hidup dan kehidupan kita.
Misalnya yang kita lakukan secara sadar, ini sangat kelihatan dengan hubungan antara atasan dengan bawahan. Misalnya atasan memberikan suatu tugas dan harus selesai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Tetapi karena suatu hal, tugas ini tidak selesai sesuai dengan waktunya alias molor.
Mendekati waktu yang telah ditentukan akhirnya sang atasan bertanya, “bagaimana dengan pekerjaan yang diberikan, apakah sudah selesai?” sang bawahan pasti akan menjawab sudah bos tetapi…!.
Dari kata ini sudah menandakan bahwa kita sudah bersandiwara karena kita bilang, pekerjaan sudah selesai tetapi ada embel-embelnya. Ini menandakan bahwa pekerjaan itu belum selesai secara penuh dan kata tetapi pula menandakan bahwa kita belum siap dan ingin nyaman selamat dari dan dihadapan atasan.
Sedangkan sandiwara yang dilakukan secara tidak sadar biasanya dilakukan oleh orang yang penuh dengan humor. Mereka menganggap bahwa pikiranya sendiri sama dengan pikiran orang lain.
Orang lain dapat kita bohongi, tetapi diri kita sendiri atau hati nurani siapa pun tidak akan mampu membohonginya. Kata orang pandai yang boleh kita bohongi adalah musuh, anak kecil, orang sakit, dan orang perempuan.
Apakah keempat orang tersebut boleh kita bohongi? Kembali lagi kepada faktor individu setiap diri kita, sebab bagaimanapun juga sandiwara tersebut, yang menerima akibat adalah yang memerankan sandiwara itu.
Dan perlu diingat, bila terlalu sering kita melakukan itu akan menjadi kebiasaan dan menganggap hal yang wajar. Akibatnya kalau sandiwara yang diperankan terbongkar, orang-orang yang disekitar kita tidak akan pernah percaya lagi kepada apa yang kita katakan dan kita lakukan. Ingat mengembalikan kepercayaan orang kepada apa yang pernah mengecewakanya akan sangat sulit.
*) Staf Ahli Pemasaran PT Karya Pak Oles Tokcer