Bertani secara organik memang memberikan dampak yang sangat positif baik dari segi hasil panen juga lingkungan yang sehat. Hal tersebut yang dirasakan oleh Ketut Arianata (51) yang menggarap lahan sawah secara organik dengan EM4 (Effektive Microorganisms 4) di Banjar Kesambahan Kaja, Jatiluwih Penebel, Tabanan.
Sosok pria berbadan tambun ini mengungkapkan, setiap tahun terus mengalami peningkatan hasil panen padi beras merah Jatiluwih yang merupakan kawasan destinasi wisata yang sudah sangat terkenal di dunia. “Banyak dampak positif bertani secara organik mengunakan EM4 yang saya amati, dari banyaknya biota yang kembali muncul di sawah sepeti cacing, belut, kodok dan lainnya,” ujarnya saat ditemui oleh Tim EM Indonesia Youtube Channel.
Suami dari Ni Nengah Yuniari (45) ini mengatakan peningkatan hasil bisa dilihat dari awal perkembangan tanaman padi seperti jumlah anakan padi, tinggi padi saat mulai mengeluarkan buah, panjang malai padi, jumlah biji per malai. “Biji padi juga kita masukkan kedalam air untuk melihat berapa jumlah yang tenggelam dan yang mengambang. Selain itu padi yang telah dijemur dan disimpan di dalam lumbung selama satu tahun jika ditimbang lagi hasilnya masih sama beratnya. Artinya kadar air tidak terlalu tinggi” kata Arianata.
Pengalam menggunakan EM4 dibidang pertanian padi telah dilakukan oleh Arianata sejak tahun 2010 atau 12 tahun silam. Dimana awalnya tanah seluas 60 are hanya bisa menghasilkan gabah 1,5 ton kini sapai 3 ton. “Ini merupakan pertanian berkelanjutan selain hasil bagus, tanah juga tidak cepat mengeras,” ujar Arianata yang juga pernah bekerja sebagai accounting di Hotel Best Western Kuta, Badung ini.
Arianata menceritakan, penerapan pupuk organik padat dan cair dengan EM4 dilakukan dari awal persiapan lahan. Berhubung jenis tanah dilahan garapannya merupakan jenis tanah liat atau tanah merah tergolong tanah subur jadi cukup membuat pupuk organik bokashi dengan campuran 40 persen kotoran hewan sapi dan 60 persen serasah atau sampah organik dan ditambah abu kayu ditambah EM4 dan molase atau gula dicampur merata dengan kadar air 30 persen, selanjutnya difermentasi selama satu minggu.
Dalam penerapannya, sebelum sawah dibajak, jerami sisa panen dan rerumputan yang telah dipotong diratakan diatas tanah lalu diriram dengan EM4 aktif diamkan selama satu minggu hingga hancur. Selanjutnya baru sawah dibajak menggunakan traktor setelah itu ditabur pupuk bokashi. Selanjutnya untuk pembibitan mulai dari perendaman bibit juga menggunakan EM4.
Setelah bibit padi direndam dengan air berisi EM4 dan ditiriskan langsung diperam dengan karung sampai keluar kecambah. Selanjutnya langsung dibibit dilahan yang telah disediakan. Beumur lima hari dispray dengan pupuk cair dari urin sapi yang telah difermentasi EM4 bertujuan untuk ketahanan benih padi. Setelah berumur dua minggu padi siap ditanam.
Bibit yang telah ditanam dan berumur 10 hari dan akar sudah bisa menyerap unsur hara baru langsung disusul dengan pemupukan pertama. Menebar pupuk bokashi padat secara merata bisa dengan cara diinjak agar pupuk masuk dalam tanah. Selesai itu dilakukan penyemprotan dengan pupuk cair urin sapi berisi EM4 produksi PT Songgolangit Persada. Tujuan pemupukan pertana untuk merangasang pertumbuhan agar lebih bagus. Umur 25 hari merupakan masa beranak itu juga dipupuk padat dan cair dosisnya lebih sedikit untuk merangsang perkembangan anak.
Setelah rimbun perlu dibuat sela-sela sambil menyabut gulma aga sinar matahari bisa masuk menyinari tanaman padi. Mendekati usia tiga bulam masuk ke fase generatif atau padi sudah mulai bunting jadi butuh asupan nutrisi pupuk lagi baik cair maupun padat. “Satu bulan menjelang panen juga dilakukan pemupukan organik cair dengan cara disepray yang dekenal dengan istilah jos”.ujar Arianata yang juga ketua Komunitas Luhur Mengening adalah kelompok petani padi organik. linktr.ee/pakolescom #songgolangitpersada #EM4.