Oleh: Dr. Ir, Gede Ngurah Wididana, M.Agr *)
Kata baru bagi orang yang suka pamer, terutama untuk memamerkan kekayaannya, untuk tujuan mendapatkan decak kagum, sehingga orang menjadi tergiur berteman (khususnya di dunia maya), menjadi pengikut, yang ujung-ujungnya untuk menipu, menjual saham, uang digital, money game, dan sebagainya.
Disebut flexing. Flexing dalam bahasa Indonesia disebut pamer, yang artinya mempertontonkan sesuatu yang lebih hebat dari kenyataannya. Mengendarai mobil mewah, walau hanya berfoto di depannya, atau pamer rumah mewah, dan mengunggah video acara bagi-bagi duit kepada artis, selebritis dan pengemis termasuk flexing, untuk tujuan pamer. Pamer bojo juga termasuk flexing, karena bertujuan untuk memamerkan bojonya kepada orang lain atau kepada bojo kompetitor, atau kepada calon mertua.
Budaya pamer menjadi semakin merebak dan lumrah di jaman informasi digital, internet dan sosial media. Mereka melakukan flexing dengan gayanya yang sok tidak kekurangan duit atau mandi duit, yang dikenal dengan crazy rich.
Ujung-ujungnya, mereka yang melakukan flexing menipu dengan cara mengajak orang lain untuk bisnis jual beli saham/ investasi ini- itu, dengan iming-iming keuntungan sangat menarik. Korban orang kena tipu semakin banyak dan bisa menguras uang milyaran rupiah dalam hitungan jam, dan mereka baru sadar bahwa jurus flexing yang menyilaukan mata dan membutakan nalar bisnis sangatlah mengena untuk menipu korban.
Di tahun 1980-an investor modal dengkul datang dengan gaya investor properti hanya dengan naik mobil mewah ke desa-desa, kemudian membeli tanah petani dengan murah dan mencicil untuk membangun kawasan bisnis hotel atau pabrik.
Di jaman sekarang flexing dilakukan dengan berlagak super kaya, alias sultan, dengan pamer kekayaan di media sosial, bagi-bagi duit kepada masyarakat, dan bergaya sok sosial tingkat dewa, untuk tujuan menipu dan memerangkap calon mangsa tipuannya. Dengan flexing, masyarakat menjadi silau dan lupa bahwa tidak ada cara lain untuk menjadi kaya kecuali bekerja dan belajar keras.
Sejarah penipuan akan terus berulang dan bermetamorfosa, dengan cara menipu yang mirip-mirip, hanya berbeda jaman, informasi dan teknologi yang digunakan. Caranya sama, yaitu dengan mengiming-imingi korban memberi hadiah dan keuntungan besar dan cepat, tanpa kerja keras, pasti dijamin untung dalam setiap investasi.
Jika anda mendapatkan ajakan untuk investasi mudah dan untung besar dalam waktu singkat, dengan memperlihatkan kekayaan hasil investasinya, maka waspadalah bahwa itu cara penipu bekerja dengan gaya flexing, pamer-pamer, sambil tersenyum dia menjerat mangsanya dengan tidak merasa bersalah *) Direktur Utama PT Karya Pak Oles Group linktr.ee/pakolescom