Oleh: Gede Ngurah Wididana *)
Sekelompok anak kecil sedang berdebat sambil bermain saling memamerkan cita-citanya. Mereka mengemukakan cita-cita dan alasan mengapa mereka memiliki cita-cita demikian yang dipandu oleh seorang guru TK senior yang sangat sabar. Pertanyaan dimulai dari guru TK dengan sangat bijaksana dan membimbing.
Guru TK memulai pertanyan kepada seluruh murid dan menanyakan apa alasannya,“ Apa cita-cita mu anak-anak manis?” Murid menjawab dengan keras dan antusias, dan jawabannya ada yang menjadi guru, dokter, pilot, polisi, dan lain-lain.
“Kenapa kalian memiliki cita-cita yang demikian bagus itu?” tanya Bu Guru. Secara serentak dan kompak anak-anak menjawab: “Untuk dapat uang banyak Bu.” Dengan sabar Bu Guru menanyakan, “Untuk apa uang banyak itu anak-anak manis?”
Murid menjawab dengan kompak pula, “Untuk jalan-jalan Bu.” Bu Guru tersenyum dan sabar dengan mengajukan pertanyaan lagi, “Untuk apa jalan-jalan nak?” Murid menjawab lagi dengan kompak, “Untuk cari uang Bu.” Guru terlihat bingung, karena mendengar jawaban muridnya yang cenderung mata duitan.
“Jadi kalian bekerja untuk mencari uang?’ tanya Bu Guru. “Ya….!” Jawab murid serempak. Dengan sabar Bu Guru kembali mengajukan pertanyaan, “Siapa yang mengajari kamu menjawab pertanyaan bekerja untuk mencari uang?” Dengan kompak murid menjawab: “Ibu dan bapak di rumah.” Sambil tersenyum Bu Guru mengatakan, “Bagus, bekerjalah dengan baik ya, biar dapat uang banyak.”
Setelah pulang ke rumah, Bu Guru menasihati suaminya sambil ngobrol ngopi sore. “Pak, mulai besok bapak harus bekerja untuk mencari uang sebanyak-banyaknya, agar kita bisa jalan-jalan, shoping, tidak di rumah terus seperti hidup kita sekarang. Buang dan lupakan idealisme bekerja untuk mengabdi. Bapak harus bekerja untuk mencari uang, untuk jalan-jalan.
Bapak di rumah menjadi bengong melihat perubahan drastis istrinya yang menjadi mata duitan dalam sekejap. “Siapa yang mengajari kamu bisa berpikir logis dan matrek seperti itu?” tanya Bapak. Dengan santai Ibu Guru menjawab: “Pertanyaanmu tidak perlu dijawab. Kamu harus mengerti sendiri. Kamu kalah dengan anak TK.” Bapak tersenyum kecut, tersedak menyeruput kopi pahit yang terasa masam.
*) Direktur Utama PT Karya Pak Oles Group. linktr.ee/pakolescom #pakoles #minyakbokashi