Seorang ibu berumur setengah baya (tapi masih cantik dan seksi) memiliki kebiasaan baru, yaitu membeli burung di pasar burung setiap pagi, kemudian melepaskannya sambil berdoa komat-kamit.
Pada awalnya, pedagang burung menganggap suatu hal yang biasa, sebagai ritual pengembangan cinta kasih dalam keyakinan beragama. Karena kebiasaan tersebut sudah berlangsung lebih dari enam bulan, maka pedagang burung menjadi penasaran untuk bertanya, kenapa hal itu dilakukan, begini percakapannya.
Pedagang burung: “Untuk apa ibu setiap pagi membeli burung dan melepaskannya, apakah untuk pengembangan cinta kasih, sesuai dengan keyakinan ibu?”
Ibu cantik : “Saya disuruh seorang paranormal untuk menghidupkan burung yang ada di rumah.”
Pedagang burung: “Ohh…Ibu tentu banyak punya burung dan harganya mahal ya, sampai segitu ibu berkorban demi burung yang ibu cintai.”
Ibu cantik: “Tidak, di rumah hanya ada satu burung dan sangat malas berkicau.”
Pedagang burung: “Mungkin burung ibu sakit atau setres. Saya ada suplemen, vitamin dan makanan penyehat untuk burung yang sakit dan setres,” kata pedagang burung sambil mempromosikan barang dagangannya.
Ibu cantik: “Bukan itu yang saya maksud,” kata Ibu cantik mendelik. “Burung Bapak Saya Mati Setiap Malam. Saya membeli burung baru dan melepaskannya setiap hari sambil berdoa agar burung di rumah bisa sehat berkicau, sesuai dengan anjuran para normal.”
Sambil manggut-manggut pedagang burung berkata dalam hati, “pastilah burung bapak yang di rumah itu terlalu kencang diikat, sehingga dia tidak memiliki nafsu makan, setres dan malas, akhirnya dia pura-pura mati.