Kehadiran Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali di Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, sekitar 90 km barat laut Kota Denpasar menciptakan banyak peluang yang telah dan mulai digarap pemerintah dan masyarakat setempat yang mampu mendorong kemajuan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat.
“Peluang tersebut masyarakat memperoleh keuntungan yang berlipat ganda dari pengembangan pertanian organik, membangun bidang kesehatan dan mendukung pengembangan sektor pariwisata di Pulau Dewata,” kata Direktur Utama PT. Songgolangit Persada, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr.
Sosok pria enerjik kelahiran Desa Bengkel dan alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang merintis IPSA Bali tahun 1997 atau 25 tahun yang silam setelah menyelesaikan pendidikan di Negeri Sakura.
Pengembangan lembaga pendidikan yang berbasis pertanian organik dengan teknologi Effective Microorganisms (EM) yang ditemukan Prof Teruo Higa, guru besar bidang hortikultura Universitas Ryukyus Okinawa, Jepang menggelar pelatihan secara rutin dua kali sebulan hingga kini pesertanya tercatat 10.000 orang dari berbagai daerah di Indonesia.
Mereka terdiri atas kalangan generasi muda yang tertarik dengan pertanian organik, utusan dari berbagai instansi pemerintah, BUMN, perusahaan swasta yang akan menjalani masa purna bhakti, petani dan berbagai kalangan dari berbagai latar belakang lainnya yang mencintai pertanian organik.
Dari kehadiran IPSA Bali yang telah dikenal masyaraklat luas di Nusantara maupun mancanegara mampu menciptakan banayk peluang yang kini telah dirasakan masyarakat setempat dan pemeintah.
IPSA Bali tempat pelatihan dengan bangunan permanen yang cukup luas didukung dengan vila berkapasitas 16 kamar dan sarana pendukung lainnya berupa kolam renang.
Lokasi tersebut sebelumnya merupakan tanah pertanian yang tidak terurus milik orang tua Gede Ngurah Wididana yang akrab disapa Pak Oles. Setelah Pak Oles menyelesaikan pendidikan di Jepang dan berhenti sebagai dosen Universitas Nasional Jakarta (1990-1995) kembali ke kampung tempat kelahirannya dengan misi Membangun Desa Membangun Bangsa.
Tanah yang terlantar itu dibangun sebagai tempat pelatihan pertanian organik, awalnya dengan bangunan gedung yang sangat sederhana. Di sekitarnya ditanami ratusan jenis tanaman herbal yang berkhasiat obat-obatan sebagai bahan baku Minyak Oles Bokashi dan puluhan jenis produk Ramuan Pak Oles.
Di sekitar lokasi tersebut kini berdiri megah dua buah pabrik yakni PT. Karya Pak Oles Tokcer yang berbasis obat-obatan tradisional yang merupakan terbesar di Bali dan PT. Songgolangit Persada yang memproduksi Pupuk Hayati EM4 untuk pertanian, peternakan, perikanan dan mengatasi limbah, satu-satunya di Indonesia yang mendapat lisensi dari EM Research Organization (EMRO) Jepang. linktr.ee/pakolescom #EM4 #songgolangitpersada